Selanjutnya, solusi ketiga adalah memanfaatkan perkembangan teknologi. Adhitia mengatakan, dirinya akan mencoba mengkombinasikan penggunaan IT untuk memfasillitasi omunikasi antara pekerja dan pemerintah.
“Misalkan platform online untuk mencari kerja, nanti kita bikin level kotanya. Lalu, platform pelaporan atas keluhan para pekerja buruh. Yang terakhir, akses informasi perburuhan, jadi belum ada platform yang bisa mengakses informasi perburuhan di Kota Cimahi,” terangnya.
Sementara terkait dengan pengawasan dan penegakkan hukum, kata Adhitia, hal ini harus ada sinergi bersama para APH, bahwa persoalan-persoalan terhadap masalah perburuhan juga masih belum menjadi konsern secara terintegrasi antara pemerintah, buruh, dan APH.
“Kadang-kadang buruh juga butuh tau masalah regulasi, hukum, bagaiamana flow menentukan dari besaran UMK, terus bagaimana UMK ini berproses lewat pengupahan daerah dan lain sebagainya,” katanya.
Solusi berikutnya terkait fasilitas pendukung dalam hal ini masalah transportasi untuk kesejahteraan para pekerja.
“Saya juga lagi nyari tau transportasi apa yang paling diinginkan warga Cimahi seperti apa, yang bisa diakses bukan hanya oleh satu kalangan tertentu, bukan cuma pelajar, pegawai negeri, tapi termasuk buruh,” tuturnya.
Terakhir adalah akses program kesejahteraan sosial dan kesehatan. Menurutnya, dampak dari kerja ada resiko yaitu kesehatan dan keselamatan kerja.
“Nah itu yang menjadi inovasi-inovasi baru saya gambar-gambar dikit buat dibikin program seandainya terpilih,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini