“Kalau kebebasan ekonomi itu soal kesejahteraan masyarakat, karena masyarakat yang tidak sejahtera adalah masyarakat dependen ke pemerintah, engga punya kebebasan sipil, mungkin dia gampang dimobilisasi. Jadi sangat mudah untuk penguasa maintenance kekuasaanya kalau masyarakat secara ekonomi dependen, secara ekonomi dia engga otonom,” tuturnya.
Selain itu, iliberal demokrasi juga membuat eksekutif yang berkuasa menyalahgunakan resources publik.
“Menggunakan aparat publik disalahgunakan untuk kepentingan dia, untuk mendukung visi misi dia, aparat yang engga sesuai dengan visi misi tinggal diganti orangnya, dimutasi ke kampung, itu sangat mudah bagi pemerintah,” katanya.
Terakhir, iliberal demokrasi bisa terjadi karena adanya pemimpin yang karismatik dan disukai rakyat namun tidak suka saat dikritik.
“Karena dia sukanya adu personal, adu suka engga suka aja. Tapi dibahas programnya masuk akal engga, programnya ngerugiin atau engga itu dia engga mau, yang penting situ suka sama saya, saya adalah patriot negara, saya berkorban demi negara, saya ikhlas orangnya, kan gitu. Cara mainnya gitu karismatik leader yang populis tapi demagog,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini