bukamata.id – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut aliran sesat di Jawa Barat mencapai ratusan. Namun yang tercatat berjumlah 22.
Aliran sesat yang tercatat MUI itu seperti Ahmadiyah, Al Qiyadah Al Islamiyah, Agama Salamullah/lia Eden, Aliran Surga Eden, Islam Jamaah, Milah Ibrahim, Hidup Dibalik Hidup (HDH), Kutub Robani, Al Qur’an Suci, Amanat Keagungan Ilahi (AKI).
Kemudian ada Islam Hanif, Tarekat Qodariyah Naqsabandiyah, Ajaran Khawarik Tasawuf, Ajaran Pajajaran Siliwangi Panjalu, Thoriqoh Attijaniyah, Pengajian Cecep Solihin, Aliran Sapta Darma, Agama Sunda Wiwitan, Gerakan Fajar Nusantara, Abdul Mujib, Islam Bajat dan Baity Jannaty.
Dari total 22 itu, yang dinyatakan sesat melalui fatwa MUI dan lainnya ada 10. “144 (totalnya), cuma itu ada yang baru ditemukan kemudian menghilang,” kata Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar, Jumat (10/1/2025).
Dijelaskan Rafani, kemunculan aliran-aliran menyimpang di Jawa Barat seperti ‘metamorfosis’ dan memiliki pola yang unik.
“Di Jawa Barat ini kan seperti tanah subur ya, untuk terjadinya aliran sesat atau menyimpang. Jadi kadang-kadang sekarang muncul kemudian diatasi hilang, tapi tidak lama lagi nanti muncul di tempat lain,” ungkapnya.
“Kadang seperti metamorfosis, muncul hari ini dengan bentuknya begini, nanti muncul lagi tempat lain namanya berbeda tapi pahamnya masih mirip-mirip, karakteristiknya seperti itu aliran sesat di Jawa Barat,” tegasnya.
Hal ini pun yang menimbulkan kecurigaan jika ada skenario tertentu di balik kemunculan aliran-aliaran sesat tersebut.
“Kami juga bertanya-tanya, seperti ada tangan tak terlihat yang mendesain secara halus memunculkan aliran-aliran ini. Mungkin karena jumlah penduduknya besar, umat Islam mayoritas, dan semua agama serta aliran ada. Jadi, daerah ini dianggap strategis,” jelasnya.
Selain itu, Rafani menerangkan, aliran-aliran sesat di Jabar muncul dnegan berbagai motif, yang paling dominan karena faktor ekonomi.
“Mereka menjanjikan surga, rezeki, atau keselamatan kepada pengikutnya demi mendapatkan keuntungan,” ucap Rafani.
Kemudian motif lain yang tak kalah mencolok adalah politik, seperti kasus Panji Gumilang dari Al Zaytun.
“Panji itu politiknya kental, apalagi trek record-nya pernah terlibat DI/TII dan NII KW9. Dia menggerakkan pengikut untuk mencari dana,” ungkapnya.
Kendati demikian, saat ini aliran sesat di Jawa Barat perlahan mulai berkurang. Namun, bukan berarti MUI berdiam diri.
Rafani menegaskan, pihaknya sedang mengawasi beberapa kelompok yang diduga menganut ajaran tertentun yang menyimpang dari ajaran Islam.
“Dalam satu dua bulan ini memang tidak ada. (Yang diawasi) ada banyak, seperti yang pengajian Saeful Karim yang dosen UPI itu,” tandasnya.