Membahas tren 2025, Susan menyatakan optimisme mengenai tren sustainable fashion yang semakin mendapat perhatian.
Tema tahunan yang diangkat tahun ini mengedepankan lima pilar dimensi dalam fashion berkelanjutan: lingkungan, ekonomi, sosial, estetika, dan budaya.
Menurut Susan, kelima faktor ini sangat penting untuk menciptakan fashion yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
“Bahan yang sustainable pasti lebih mahal daripada bahan sintetis seperti poliester, tetapi jika kita melihat dari segi estetika, budaya, dan lingkungan, lima faktor ini sangat besar pengaruhnya untuk dunia fashion. Untuk tren di 2025, saya optimis bahwa di musim semi dan panas (spring-summer), warna-warna cerah akan menjadi dominasi, dengan gaya oversize dan maxi style yang kembali tren,” ujar Susan.
Selain itu, gaya drop waist dan bubble style yang oversize juga diprediksi kembali menjadi favorit, terutama di kalangan Gen Z yang lebih menyukai pakaian simpel namun tetap stylish.
“Fashion memang berputar kembali ke zaman dulu, dan sekarang orang lebih senang memakai pakaian yang tidak berlebihan. Gen Z sangat cerdas dalam memadupadankan gaya, mereka lebih suka sesuatu yang oversize, seperti blus atau drop waist yang kembali tren,” tambah Susan.
Sebagai Ketua APPMI Jabar, Susan juga menyoroti pentingnya memajukan sektor UMKM dalam industri fashion Indonesia.
“Industri fashion sangat tergantung pada ekonomi bangsa ini. Kami berharap industri kreatif ini bisa mendukung pertumbuhan UMKM. Namun, kami masih kalah bersaing dengan negara tetangga seperti Thailand dan Cina. Kami sedang belajar bagaimana Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara tersebut, serta bagaimana cara memasarkan produk kami dengan lebih baik,” ujar Susan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini