bukamata.id – Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Barat, Dhani Gumelar menyatakan bahwa predikat Bandung sebagai kota termacet bukanlah sebuah prestasi, melainkan sebuah kenyataan yang harus dihadapi.
“Bukan prestasi ya bahwa Bandung dinyatakan sebagai kota termacet, tapi memang kenyataannya seperti itu,” ucap Dhani di Bandung, Kamis (19/6/2025).
Namun, Dhani menegaskan bahwa pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun Kota Bandung, sedang berupaya keras untuk membangun sistem angkutan massal yang nyaman dan terintegrasi.
Salah satu upaya nyata yang sedang digalakkan adalah pengembangan layanan Bus Metro Jabar Trans.
“Dari sisi kapasitas juga akan kita coba tambah tingkat kenyamanannya,” ujarnya.
Dhani mengungkapkan bahwa peluncuran Kartu Multi Trip (KMT) menjadi langkah penting. Ke depannya, kartu ini akan memungkinkan pengguna untuk membayar berbagai layanan transportasi, seperti kereta, bus, bahkan parkir, dalam satu kali transaksi terintegrasi.
Dhani menjelaskan, untuk moda transportasi kereta, pihaknya sedang berupaya ke pemerintah pusat untuk mendorong peningkatan kapasitas kereta menjadi kereta realistis. Dengan kereta realistis, headway atau jarak antar kereta bisa dipersingkat menjadi 5-10 menit.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah integrasi layanan bus di masing-masing stasiun.
“Jadi masyarakat yang menggunakan kereta akan langsung nyambung dengan bus,” ujarnya.
Selain itu, Dishub Jabar juga berencana untuk berkolaborasi dengan angkutan umum serta memperbaiki tata kelola angkutan yang ada di Kota Bandung. Mengenai persiapan infrastruktur, Dhani optimis.
“Insya Allah sekarang lagi proses persiapan,” katanya.
Ia berharap proses pembangunan dapat dimulai pertengahan tahun ini atau sebelum akhir tahun, dan ditargetkan selesai sekitar tahun 2027.
Untuk pendanaan, Dhani memastikan bahwa anggaran sudah disiapkan dari Kementerian Perhubungan.
“Satu bulan ini kita ke proses akhir untuk proses konstruksi,” tandasnya.
Untuk diketahui, TomTom Traffic, platform rutin merilis daftar kota termacet di Indonesia.
TomTom Traffic sendiri mengukur tingkat kemacetan suatu kota dengan memakai data perjalanan rata-rata dan tingkat kemacetan yang dihitung secara detail.
Platform ini juga menggunakan ‘mata-mata’ berupa floating car data (FCD), yang diambil dari kecepatan dan lokasi kendaraan secara real-time. Data tersebut diperoleh dari fitur GPS di perangkat pengguna.
TomTom Traffic menganalisa kemacetan dengan mengukur faktor-faktor utama seperti kurasi-statis, yang seperti identitas’ jalan, mulai dari ukuran, kapasitas, batas kecepatan, sampai jenis jalannya.
Yang kedua faktor dinamis yang merupakan penyebab lalu lintas berubah-ubah, di antaranya perbaikan jalan, cuaca buruk, dan kemacetan itu sendiri. Dan yang ketiga faktor statis, yakni waktu perjalanan optimal di kota tertentu.
Menurut TomTom Traffic, berikut 5 kota termacet di Indonesia :
- Bandung, Jawa Barat: Waktu tempuh rata-rata per 10 km: 32 menit 37 detik
- Medan, Sumatera Utara: Waktu tempuh rata-rata per 10 km: 32 menit 3 detik
- Palembang, Sumatera Selatan: Waktu tempuh rata-rata per 10 km: 27 menit 55 detik
- Surabaya, Jawa Timur: Waktu tempuh rata-rata per 10 km: 26 menit 59 detik
- Jakarta: Waktu tempuh rata-rata per 10 km: 25 menit 31 detik.