“Kenapa kita harus melakukan ini? Karena memang consumer finance atau credit consumer ini penting untuk mendukung perekonomian nasional,” ujarnya.
Haryanto memandang, saat ini ekonomi Indonesia masih banyak didorong oleh sektor konsumsi dan konsumen. Hal ini berbeda dengan konsumtif.
“Kalau konsumtif itu beli sesuatu langsung di spend, kalau property ini kan seperti investasi juga. Jadi setiap orang membutuhkan yang namanya rumah atau apartemen untuk tinggal,” ungkapnya.
Haryanto mengungkapkan, sektor properti dan real estate berkontribusi terhadap 16 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Artinya kalau sektor properti itu tumbuh maka ekonomi itu juga akan ikut tumbuh, termasuk sektor furnitur, termasuk home electronic, termasuk bahan bangunaan, konstruksi, dan lain-lain,” imbuhnya.
Oleh karena itu, BCA berkomitmen untuk menumbuhkan sektor properti ini melalui peningkatan penyaluran Kredit Pemililan Rumah (KPR).
“Kalau kita lihat KPR pun di BCA tumbuh dengan baik, kalau dilihat di angka bulan juni tahun 2024 yang sudah kita rilis itu pertumbuhannya 10.8 persen. Jadi lumayan bagus dengan kualitas yang terjaga dan untuk kita terus tumbuh sampai akhir tahun kita memiliki keinginin untuk tumbuh double digit,” tuturnya.
Menurutnya, untuk mempertahankan double digit growth seperti yang telah dicapai pada semester pertama, pihaknya harus terus melakukan booking.
“Karena yang namanya pembayaran tiap bulan itu antara Rp2,5-2,6 triliun. Jadi kita harus meningkatkan booking kita di atas itu, kalau engga kita akan turun. Oleh sebab itu program seperti Expo ini adalah program booster untuk meningkatkan booking kita,” jelasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini