Meski belum mendapatkan informasi lengkap, Ade memastikan, jajarannya akan mengkaji sekaligus mendiskusikan bersama soal teknis penerapannya di seluruh sekolah SMA yang ada di Jabar.
“Kami akan diskusikan ya dalam rapat minggu ini mengenai muatan-muatan dan sebagainya. Kita mengkaji lagi untuk penerapan nantinya akan seperti apa,” jelasnya.
Sedangkan, Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, mengatakan kebijakan ini sudah diterapkan secara bertahap sejak 2021.
Maka, pada tahun ajaran 2024/2025, tingkat penerapan Kurikulum Merdeka sudah mencapai 90-95 persen untuk SD, SMP, dan SMA/SMK.
Penjurusan di SMA pun otomatis dihapuskan dan siswa sekarang bisa bebas memilih mata pelajaran sesuai minatnya.
“Kurikulum Merdeka mendorong murid untuk melakukan eksplorasi dan refleksi minat, bakat dan aspirasi karir, dan kemudian memberi kesempatan untuk mengambil mata pelajaran pilihan secara lebih fleksibel sesuai rencana tersebut,” ujar Anindito.
Di sisi lain, dengan adanya wacana penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA pada tahun ajaran 2024/2025 tidak berdampak pada sistem penerimaan mahasiswa baru di Institut Teknologi Bandung (ITB) .
Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB, Naomi Haswanto mengatakan, proses seleksi penerimaan mahasiswa baru S1 di kampus Ganesha sudah tidak mensyaratkan jurusan di SMA.
Pada penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran kemarin, kata Naomi, ITB sudah tidak lagi memberikan syarat jurusan IPA, IPS dan Bahasa untuk masuk ke semua program studi. Sehingga, dengan munculnya kebijakan dari pemerintah ini tidak akan mempengaruhi seleksi penerimaan mahasiswa baru nantinya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini