Pertama, sedang dalam proses transisi dari musim penghujan ke musim kemarau, sehingga hemat Sudibyo letak matahari secara harfiah melintas di atas Indonesia dalam perjalanan semu-nya menuju ke garis balik utara.
“Sehingga suhu rata-rata paras bumi di Indonesia sedikit lebih tinggi. Kedua, kelembaban udara Indonesia cenderung tinggi (di atas 70 persen),” ungkapnya.
Untuk memahami mengapa udara Indonesia terasa panas dan gerah, Sudibyo menganjurkan harus melihat tabel Heat Index, yaitu tabel tentang suhu yang dirasakan tubuh manusia sebagai kombinasi antara suhu udara aktual dan kelembaban udara relatif.
Diketahui, bahwa suhu udara tengah hari di Indonesia pada saat ini rata-rata 32° C. Dengan kelembaban udara rata-rata 70%, maka Heat Index di Indonesia rata-rata 41°C.
“Heat Index yang tinggi inilah yang menyebabkan udara di Indonesia saat ini terasa gerah. Karena berada di zona kuning (zona harus sangat hati-hati), dimana terlalu lama di bawah sinar Matahari pada tengah hari akan berpotensi mengalami terpapar serangan panas (heat stroke) dan tidak hanya berupa kelelahan semata,” paparnya.
Durasi Gelombang Panas di Indonesia
Sebelumnya, Sudibyo sudah menyatakan bahwa Indonesia tidak mengalami gelombang panas, maka durasi suhu panasnya pun juga tidak ada. Sebaliknya terkait udara gerah, hal itu selalu terjadi selama musim kemarau meteorologis.
“Secara astronomis musim kemarau Indonesia terjadi sejak 1 April hingga 31 Oktober setiap tahun. Sedangkan secara meteorologis, terjadi tidaknya kemarau dalam periode tersebut sangat bergantung kepada faktor dinamika suhu udara di paras air Samudera Pasifik (antara bagian barat dan bagian timur) serta dinamika suhu udara pula di paras air Samudera Indonesia/Indian Ocean (juga antara bagian barat dan timur),” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini