Terkait bahan baku, Mulki memastikan semua bahan yang digunakan untuk memproduksi Bio Soltamax ini asli dari Indonesia.
“Bahan baku kita tersebar di berbagai daerah vendor-vendornya, karena itu ada rumput laut, ada ikan, terus ada empon-empon, dari berbagai daerah kita tampung. Semua (bahan baku) tidak ada impor, semua asli dari Indonesia,” katanya.
Dengan memiliki dua pabrik, Mulki juga memastikan ketersediaan stok Bio Soltamax sangat terjaga.
“Kan kita ada dua pabrik, jadi pengolahan cair itu ada di Cirebon, kalau di Cirebon tidak seperti ini pabriknya, karena kebutuhannya kita toren-toren hampir 50 toren untuk fermentasi,” jelasnya.
“Dari Cirebon dikirim ke sini, di sinilah diolah. Jadi kita punya dua sumber lah, insya Allah untuk ketersediaan aman,” tambahnya.
Terkait dengan harga, Mulki mengatakan Bio Soltamax dijual dengan harga yang bervariatif tergantung kepada jenisnya.
“Harga yang cube itu seratus ribuan, kalau yang lainnya ada di enam puluh ribu, tujuh puluh lima ribu, beda-beda tergantung jenisnya,” katanya.
General Manager PT Bandung Inovasi Organik, Moch. Yasan menargetkan, pihaknya bisa mensuplai dua kontainer atau setara dengan lima ratus ribu cube ke pasar Afrika pada 2025.
“Nilainya bisa sampai dua juta US Dolar. Produk kami ini karena inovatif jadi punya kapasitas pengiriman yang besar dengan biaya yang murah,” ucap Yasan.
Menurutnya, hal ini akan menjadi menarik untuk buyer luar negeri dan menjadi andalan ekspor Jawa Barat khususnya.
“Jadi ini juga andalan Kabupaten Bandung untuk proyeksi ekspor produk unggulan. Pupuk ini satu-satunya pupuk yang didampingi, dicoaching oleh Kementerian Perdagangan, jadi ini kebanggaan buat Kabupaten Bandung,” katanya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini