bukamata.id – Kebijakan lima hari sekolah atau full day school yang menjadikan jam sekolah bertambah hingga sore hari mendapat penolakan keras dari berbagai pihak, tak terkecuali Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama Nahdlatul Ulama 2023.
Kebijakan lima hari sekolah ini merupakan terjemahan ‘liar’ dari aturan lima hari kerja pada Peraturan Presiden yang menyangkut tentang Hari Kerja dan Jam Kerja Instansi Pemerintah dan Pegawai Aparatur Sipil Negara alias Perpres Nomor 21 tahun 2023.
Menyoroti hal itu, Psikolog dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Rakimin menjelaskan, penerapan kebijakan lima hari sekolah memiliki sejumlah dampak psikologis yang bisa dialami siswa dan guru.
“Sistem sekolah lima hari dalam seminggu dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada murid dan guru,” ucap Rakimin dikutip NU Online, Jumat (22/9/2023).
Rakimin menilai, kebijakan lima hari sekolah dapat mengakibatkan perubahan signifikan dalam rutinitas siswa yang dapat memicu stres.
“Jam belajar yang lebih lama dalam satu hari, bersama dengan pekerjaan rumah yang meningkat, dapat menyebabkan tingkat stres dan kecemasan yang lebih tinggi pada murid. Mereka mungkin merasa tertekan oleh tuntutan akademik,” katanya.
Rakimin berpandangan, kepadatan jadwal yang disebabkan oleh penerapan kebijakan lima hari sekolah dapat menyebabkan kelelahan mental pada murid, yang dapat mengurangi konsentrasi, motivasi, dan kemampuan untuk belajar dengan baik.
Sistem ini, dapat mengurangi waktu luang murid untuk bersosialisasi, bermain, atau mengejar hobi, yang penting untuk perkembangan sosial dan emosional mereka.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini