Selain itu, beberapa murid juga berpotensi mengalami penurunan kualitas tidur lantaran berkurangnya jam tidur karena harus bangun lebih awal untuk sekolah atau menjalani jadwal yang padat.
“Hal ini dapat berdampak negatif pada kualitas tidur mereka,” jelasnya.
Dampak psikologis penerapan kebijakan lima hari sekolah tak hanya menyasar murid semata. Rakimin mengatakan, bahwa guru juga menjadi pihak yang terdampak.
Guru, dapat mengalami kelelahan emosional karena harus mengatasi tuntutan tinggi dalam mengelola kelas dan membantu murid yang mungkin menghadapi stres akademik.
Sistem tersebut juga dapat meningkatkan stres guru terkait hasil akademik murid mereka. Mereka sangat mungkin merasa tertekan untuk mencapai hasil yang baik dalam waktu yang terbatas.
Selain itu, guru yang merasa terburu-buru dalam menyampaikan materi pelajaran atau memiliki sedikit waktu untuk merencanakan pelajaran mereka mungkin mengalami penurunan kepuasan kerja.
“Beban kerja yang tinggi dan stres yang berkelanjutan dapat berdampak pada kesehatan mental guru, seperti risiko mengalami burn out atau depresi,” terangnya.
Maka itu, Rakimin menilai bahwa dalam mengatasi dampak psikologis ini, penting bagi sekolah dan institusi pendidikan untuk memperhatikan dukungan yang diberikan kepada murid dan guru.
“Ini bisa mencakup program kesejahteraan mental, strategi manajemen waktu, dan perencanaan pelajaran yang efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan kualitas pendidikan,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini