bukamata.id – Gubernur Jawa Barat terpilih 2025-2030, Dedi Mulyadi merupakan salah satu sosok yang memiliki kecintaan dan kepeduliaan terhadap budaya Sunda.
Ya, wajar saja. Sedari kecil, Dedi Mulyadi memang sudah terbiasa dengan budaya adat Sunda. Pria kelahiran Kabupaten Subang pada 11 April 1971 ini, berasal dari keluarga petani yang sederhana.
Dedi Mulyadi sudah terbiasa mengolah sawah dan menggembala domba milik orang tuanya dengan kehidupan desa yang penuh dengan kebersamaan.
Maka tak heran, mantan Bupati Purwakarta dua periode ini dikenal sebagai orang yang sederhana dan sangat dekat dengan masyarakat.
– Filosofi Sunda sebagai landasan kebijakan publik
Selain Iket Sunda yang sering dikenakannya di banyak kesempatan, filosofi Sunda sebagai landasan kebijakan publik juga kerap dipraktikan oleh Dedi Mulyadi.
Sebab menurutnya, kebudayaan Sunda memiliki konsep tata kelola kehidupan yang sehat dan selaras dengan alam semesta.
“Tradisi nenek moyang di Jawa Barat itu bisa menjadi masukan bagi masyarakat saat ini, utamanya untuk menghindari bencana alam,” ucap Dedi, Minggu (29/3/2020).
Dedi mengatakan, salah satu aspek dalam kebudayaan Sunda ada sebuah istilah Tri Tangtu di Buana, yakni pembagian tata ruang menjadi tiga wilayah.
Ketiganya ialah dunia atas yang terdiri dari pegunungan, dunia pertengahan untuk perkampungan, dan dunia bawah yakni pantai. Di antara ketiganya itu memiliki jarak yang cukup jauh satu sama lain.
“Perkampungan penduduk ada di tengah itu untuk menghindari bencana, makanya tidak boleh ada perkampungan di lepas pantai dan gunung. Wilayah selain pemukiman itu dijadikan hutan untuk menjaga kelestarian alam semesta,” jelasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini