– Kebudayaan Sunda punya filosofi mendalam
Dedi begitu menginginkan supaya kebudayaan Sunda digali menjadi sebuah penelitian mendalam sebagai dasar filosofi pembangunan di Jabar.
Dedi mengatakan, kebudayaan Sunda ke depan jangan hanya menjadi cerita semata, tapi juga harus bisa melahirkan peradaban di Indonesia.
“Sehingga cerita Sunda bukan hanya cerita dari sisi bahasa tapi harus melahirkan peradaban,” ujar Dedi, Sabtu (19/10/2024).
Menurutnya, kebudayaan Sunda mesti bisa diterjemahkan mulai dari pertanian, arsitektur, pendidikan, hingga tata kelola lingkungan. Sehingga hal tersebut akan lebih memperkaya kebudayaan di Nusantara.
“Misal, tulisan Sunda buhun itu diteliti apa maknanya, dari makna itu lahirlah nanti karya ilmiah. Jadi saya ingin nanti ada jurnal-jurnal internasional memiliki latar berpikir akademik berdasarkan dari falsafah kesundaan,” imbuhnya.
– Filosofi Sunda membawa dampak kesejahteraan bagi masyarakat
Saat ini, Dedi Mulyadi yang masih menunggu jadwal pelantikan sebagai gubernur Jabar yang rencananya dilaksanakan pada Februari 2025 mendatang, menjalankan aktivitas kesehariannya di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang.
Di tempat ini, Dedi membuktikan filsafat Sunda ‘Réa Ketan, Réa Keton’ telah membawa dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.
‘Réa Ketan, Réa Keton’ adalah filsafat tentang ketahanan pangan. Menurutnya, filsafat Sunda tersebut merupakan dasar pembangunan bagi manusia.
“Itu kalimat filosofi Sunda yang memiliki makna pembangunan, misalnya kalimat ini. Réa ketan réa keton; Buncir leuit, loba duit; Bru di juru bro di panto, ngalayah di tengah imah; di pipir aya petikeun; di kolong aya si jambrong, na para aya si jago itu adalah kalimat tentang sistem ketahanan pangan,” kata Dedi, Kamis (28/11/2024).
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini