Dedi mengatakan, saat ini kopi menjadi salah satu komoditas yang dihasil paling banyak oleh para petani perhutanan. Namun, masih banyak prodak-prodak hasil pertanian yang belum ke terekspos, seperti alpukat, teh, gula aren, padi, hingga mangga.
“Nah ini kan PR sebetulnya, kalau kopi kan sudah jelas di pasarnya walaupun sebetulnya masih banyak istilahnya broker-broker yang meng-inikan harganya, jadi pasar sudah jelas. Tapi, kalau yang lain belum masih dibawa ke pasar-pasar tradisional,” katanya.
Selain SK dipercepat, kata Dedi, pihaknya juga berharap, wilayah desa yang masuk ke dalam kawasan hutan itu murni dikelola oleh masyarakat sepenuhnya. Sebab menurutnya, masyarakat yang lebih tau dalam pengelolaan di kawasan hutan.
“Selama ini kami saja di Bandung, di daerah Rancabali itu kami lah yang memang menanam dan merawat. Kami juga berpikir kalau misal bukan kami yang merawat kawasan hutan siapa lagi, karena kalau dari kota kan jauh, yang akan merasakan dampaknya juga kan kami,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya kembali berharap, Prabowo-Gibran bisa melanjutkan program Nawacita Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Kemarin aja itu pernah tahun 2017 harimau turun, karena sudah terganggu. Jadi kami menganggap Prabowo-Gibran ini bisa melanjutkan program Nawacitanya Jokowi, harapannya begitu,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua TKD Prabowo-Gibran Jabar, Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya sudah menerima banyak aspirasi dari berbagai profesi termasuk dari kelompok petani perhutanan.
“Kami kedatangan dari mewakili petani hutan yang mendapatkan pertanian sosial menitipkan aspirasinya ini setelah berembuk dirinya meyakini pasangan 02 yang paling pas dalam melanjutkan reformasi petani dan pertanian sosial dalam bentuk tanah-tanah yang dipinjamkan kepada masyarakat dan menitipkan persentase SK nya diperbanyak,” tuturnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini