bukamata.id – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mendapat tantangan terbuka dari Ketua DPD Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya Jabar, Gabryel Alexander Etwiorry.
Tantangan ini muncul menyusul rencana Dedi membentuk Satuan Tugas (Satgas) Antipremanisme di wilayah Jabar, sebagai respons atas maraknya aksi premanisme menjelang Lebaran, termasuk pungutan liar (pungli) dan intimidasi oleh oknum organisasi masyarakat (ormas) dan LSM.
Langkah Dedi tersebut menuai sorotan luas setelah sejumlah video viral memperlihatkan oknum ormas yang diduga memaksa meminta tunjangan hari raya (THR) dari pelaku usaha.
Menanggapi inisiatif Gubernur Dedi, Gabryel menyampaikan kritik tajam melalui tayangan “Titik Temu Podcast” di YouTube.
Ia secara terbuka menantang Dedi Mulyadi untuk berdiskusi langsung mengenai definisi dan arah kebijakan antipremanisme yang dimaksud.
“Saya tantang terbuka untuk diskusi aktif. Ayo kita ngobrol. Jangan sampai masyarakat menstigma ormas seakan-akan buruk. Pernyataan Bapak (Dedi) itu bagi kami menyesatkan,” kata Gabryel, dikutip Senin (14/4/2025).
Ia juga mengundang Dedi untuk datang langsung ke kantornya guna berdialog terbuka dan mendalami maksud serta konteks istilah “premanisme” yang digunakan oleh gubernur.
“Saya ingin belajar dari Bapak. Saya ingin tahu, preman menurut Bapak itu seperti apa. Sampai hari ini saya belum paham,” tambahnya.
Lebih lanjut, Gabryel menyarankan agar pemberantasan premanisme juga menyasar ke dalam birokrasi pemerintahan, tidak hanya fokus pada ormas. Ia menuding adanya praktik premanisme di kalangan birokrat yang kerap luput dari sorotan.
“Kalau gubernur membentuk Satgas Antipremanisme, bersih-bersihnya jangan ke luar dulu, tapi ke dalam dulu. Kami di GRIB juga akan membentuk satgas sendiri untuk memberantas premanisme di birokrasi,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa tidak semua kepala daerah bersih dari praktik premanisme.
“Bupati, gubernur, enggak semuanya benar. Jangan seolah-olah premanisme itu hanya ada di ormas,” pungkas Gabryel.