bukamata.id – Media memiliki peran sentral untuk menangkal hoaks. Terbukti peran media sangat membantu ketika Pemilu 2019 lalu dan Pilkada serentak 2020 di Jawa Barat.
Diskusi mengenai media dan hoaks ini mengemuka saat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jabar menggelar diskusi bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar di Aula PWI Jabar, Lantai 2, Rabu (20/9/2023).
Ketua PWI Jabar, Hilman Hidayat yang diwakili Sekretaris, Tantan Sulton Bukhawan mengatakan, kegiatan itu sengaja digelar untuk mendapatkan gambaran terkait pelaksanaan Pilpres dan Pilkada 2024.
“Kita berupaya mencoba mengedukasi kawan kawan media, di mana kita ingin meningkatkan kompetensi wartawan, terutama dalam hal pemberitaan seputar pemilu,” kata Tantan.
Bercermin dari pemilu sebelumnya, menurut Tantan, hoaks banyak bertebaran massif. Oleh karenanya, media berperan untuk mendorong masyarakat tetap mendapatkan informasi yang valid dan meningkatkan partisipasi pemilih.
“Andil teman-teman wartawan sebagai partisipasi dalam pelaksanaan pemilu lalu mencapai 79 persen. Semoga pemilu 2024 angka partisipasi yang ikut pemilu bisa lebih meningkat,” harap Tantan.
“Kita harap kerja sama dengan KPU Jabar kedepan dapat terus ditingkatkan, terutama bagaimana meminimalisir hoaks. Sehingga proses demokrasi berjalan sesuai harapan masyarakat,” imbuh Tantan.
Sementara itu, Ketua KPU Jabar, Rifqi Ali Mubarok mengapresiasi kegiatan yang melibatkan pers mahasiswa dari berbagai kampus ini. Kegiatan ini bukan hanya sebagai ajang silaturrahmi, juga menjadi jembatan untuk terua mewujudkan demokrasi di Jabar.
“Pemilu di Jabar sangat luar biasa. Pemilu 2019, kita mengelola 32 juta pemilih, di mana pemilu legislatif dan presiden, merupakan pemilu pertama yang banyak mengalami perubahan, mulai kotak suara dari aluminium, jadi kotak fiber, dan itu jadi bahan hoax. Masa KPU bikin kotak suara dari dus, dan digembok,” ujar Rifqi memulai diskusi.
Lalu dia menyebutkan tentang bilik suara, yang kemudian menjadi bahan hoaks yang menarasikan dan mendiskreditkan KPU. Bahkan ketika Peilkada serentak 2020, saat itu masih dalam suasana pandemi Covid-19.
“Namun berkat kolaborasi yang kita bangun, bahwa Pilkada 2020, menerapkan protokol kesehatan. Terdapat 8 daerah yang melakukan pilkada, dan partisipasinya sangat bangus, seperti Pangandaran 22 persen, Idramayu di atas 55 persen. Itu semua berkat informasi yang disampaikan media, bahwa pilkada 2020 terjaga kesehatan dan keselamatan. Semua berkat media,” ucapnya.
Disinggung banyaknya petugas KPU yang meninggal di Pemilu 2019, Rifqi menyebutkan karena kelelahan.
“Salah satunya karena kelelahan, dan juga tidak memperhitungkan jumlah suara yang membludak. Karena itu, satu TPS ditetapkan maksimal 300 suara per kotak, agar tidak terulang kembali kejadian yang lalu,” pungkasnya.
Dalam diskusi yang mengangkat tema Pers dan Pemilu 2024 itu, beberapa peserta tampak semangat bertanya seputar pemilu, mulai dari netralitas KPU, peserta pemilu atau parpol, hingga proses pelaksanaan pemilu.
Acara diskusi berlangsung seru dan meriah dipandu Wakil Ketua Bidang Organisasi, Sandy Ferdiana sebagai moderator.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini