Ketika itu, Bung Karno merumuskan Pancasila berdasarkan pemikiran filosofis yang mendalam tentang kebangsaan, kemanusiaan, dan keadilan sosial.
“Bung Karno menginginkan dasar negara yang mampu mempersatukan berbagai kelompok etnis, agama, dan budaya di Indonesia,” jelasnya.
Menurutnya, Pancasila yang diyakini oleh Bung Karno mencerminkan nilai-nilai luhur seperti, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial.
“Nilai-nilai ini dianggap esensial untuk membangun bangsa yang kuat dan bersatu,” ujarnya.
Bedi menilai, Bung Karno sebagai Presiden pertama Indonesia senantiasa mengimplementasikan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahkan, Bung Karno mempromosikan Pancasila melalui pidatonya yang berjudul “to build the world a new” di sidang umum PBB tanggal 30 sept 1960.
Padahal kondisi saat itu konflik ideologis sedang melanda dunia tetapi Bedi yakin Pancasila berhasil mempersatukan bangsa indonsesia yang memiliki keragaman etnis, suku bangsa, dan agama.
“Bung Karno menawarkan Pancasila sebagai ideologi tengah yang mengakomodasi kedua ideologi yang sedang bertikai (era perang dingin),” katanya.
Politisi PDI P ini menyebutkan, Pancasila sebagai dasar ideologi negara Indonesia, pengaruh Bung Karno dalam merumuskan, serta mempromosikan Pancasila terus dihormati dan diakui.
“Pemikiran dan semangatnya masih relevan dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya,” imbuhnya.
Bedi mengatakan,, perjuangan dan pemikiran Bung Karno tidak hanya memberikan dasar filosofis bagi bangsa Indonesia. Namun, pemikiran Sang Proklamator menjadi warisan yang terus hidup dalam bentuk Pancasila yang menjadi landasan dalam membangun negara yang adil, makmur, dan bersatu.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini