“Saya melihat peran di politik, sebagai warga negara ada panggilan, saya bersedia. Benang merahnya. Yang kita kerjakan adalah proses pembelajaran. Mendidik adalah memimpin, meminpin adalah mendidik. Setiap pendidik adalah pemimpin begitupula sebaliknya. Saat Gubernur saya mendidik, dalam rapat ruang diskusi, bukan (sekadar) instruksi,” tambahnya.
Kawan Lama
Anies mengaku, bahwa dirinya mengenal Ramdhan Pohan sejak tahun 1998. Pertemuan pertama kali Anies dan Pohan berlangsung di Washington.
“Saya mengenal Ramadhan Pohan ini sudah 25 tahun lalu, sejak 98. Ketika itu beliau bertugas jadi Jurnalis di Washington, saat saya menimba ilmu disana,” kata Anies.
Anies pun merasa terhormat apa yang sudah dikerjakannya menjadi subjek penelitian dan berharap ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil oleh masyarakat luas.
“Terima kasih mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat, terima kasih sudah diizinkan menjadi bahan. Mudah-mudahan menjadi pembelajaran bagi semua,” ujarnya.
Berikan Ide Penelitian Pola Komunikasi Soekarno
Dalam kesempatan itu, Anies menyebut bahwa komunikasi yang dilakukan oleh para pendiri bangsa sangat tinggi kepada masyarakat. Para pemimpin terdahulu adalah cendekiawan yang memilih berada di dalam sistem politik.
“Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, para pendiri bangsa Itu mereka cenedekiawan, ilmuwan yang memilih di politik. Kami merasa itu yang hilang (saat ini). Kami ingin mengembalikan pengambilan keputusan diambil oleh cendekiawan,” jelas Anies.
Selain itu, Anies juga berharap, Fikom Unpad kedepannya bisa melakukan kajian komunikasi tentang Presiden Soekarno.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini