Close Menu
Bukamata.idBukamata.id
  • Beranda
  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Olahraga
  • Persib
  • Index
Terbaru

Rezaldi Pulih, Persib Siap Tempur di Piala Presiden dan ACL Two 2025

Rabu, 18 Juni 2025 05:00 WIB

Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bandung 18 Juni 2025, Catat Lokasinya

Rabu, 18 Juni 2025 05:00 WIB

Jadwal SIM Keliling Kota Bandung 18 Juni 2025, Cek Lokasinya

Rabu, 18 Juni 2025 03:00 WIB
Facebook X (Twitter) Instagram
Terbaru
  • Rezaldi Pulih, Persib Siap Tempur di Piala Presiden dan ACL Two 2025
  • Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bandung 18 Juni 2025, Catat Lokasinya
  • Jadwal SIM Keliling Kota Bandung 18 Juni 2025, Cek Lokasinya
  • Kuliner Khas Indramayu: 10 Makanan Tradisional yang Bikin Ketagihan
  • Kamu Pasti Nggak Nyangka! Ini 7 Tempat Wisata Alam di Indramayu yang Kecantikannya Bikin Lupa Pulang
  • Temukan Keunikan Nasi Kalong Bandung, Santapan Malam tanpa MSG yang Menggoda
  • PSSI Batalkan Pemanggilan Dua Pemain Persib untuk TC Timnas U23 Indonesia 2025
  • Harga LPG 3 Kg di Bandung Naik, Warga Diminta Tenang dan Tidak Panic Buying
Facebook Instagram YouTube X (Twitter)
Bukamata.idBukamata.id
Rabu, 18 Juni 2025
  • Beranda
  • Berita
  • Gaya Hidup
  • Olahraga
  • Persib
  • Index
Bukamata.idBukamata.id
Home»Berita

INDEF Wanti-wanti Pemerintahan Prabowo-Gibran Naikkan Rasio Utang 50 Persen dari PDB

Putra JuangJumat, 26 Juli 2024 21:08 WIB
Sekolah Demokrasi bertajuk "Tantangan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di era Prabowo- Gibran". (Foto: tangkapan layar)

bukamata.id – Pemerintahan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka diingatkan untuk berhati-hati dalam meningkatkan rasio utang negara yang mencapai angka 50 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti, dalam Sekolah Demokrasi bertajuk “Tantangan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di era Prabowo- Gibran” melalui zoom meeting, Jumat (26/7/2024).

“Saya mendengar pada saat pemerintahan Prabowo-Gibran nanti akan dinaikan menjadi 50% atau bahkan 60%. Hal ini menurut saya tidak masuk akal,” ucap Esther.

“Karena ketika rasio utang terhadap PDB itu naik sampai 60% bahkan, meskipun IMF mengatakan ‘ini masih aman’, tetapi kalau tidak diimbangi dengan kenaikan Tax Revenue atau penerimaan utang pajak, maka ini sangat berbahaya,” tambahnya.

Baca Juga:  Kepala Daerah Terpilih Harus Tancap Gas Demi Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Esther menyebut, saat ini bahwa rasio utang terhadap produk domestik bruto mencapai 38 persen. Sehingga, jika mencapai angkat 50-60 persen maka akan sangat berbahaya.

“Sehingga ini sangat berbahaya. Karena saat ini kita sudah dalam kondisi ‘gali lubang, tutup lubang’, nantinya kita utang untuk membayar utang,” ungkapnya.

Esther menilai, investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan menjadi solusi dalam persoalan ini.

“Selama ini kalau kita cermati, data dari tahun 2018-2022, ternyata investasi yang masuk itu belum cukup untuk menciptakan lapangan pekerjaan, artinya di sini investasi belum ramah terhadap penciptaan lapangan pekerjaan,” katanya.

Baca Juga:  Bahlil Sebut Pengecer Gas LPG 3 Kg Akan Naik Status Jadi Sub Pangkalan

Sehingga kita berharap bahwa Indonesia Special Economic Zones yang sekarang sudah dibangun berkisar 20 (kota/kabupaten), 10 kawasan ekonomi khusus untuk industri, 10 kawasan ekonomi khusus untuk pariwisata, itu bisa lebih menarik investasi ke Indonesia, dari Sabang-Merauke, dari Aceh sampai dengan Morotai (Maluku) semuanya ada,” sambungnya.

Esther tak menampik, jika pemerintah Indonesia sudah mencoba melakukan upaya untuk bisa menarik investasi ke Special Economic Zones dengan Fiscal Incentives maupun dengan Non Fiscal Incentives.

Baca Juga:  Partai Gerindra Terbuka untuk Jokowi dan Gibran

Kendati demikian, pemerintah juga harus menyelesaikan terkait ketidakpastian hukum yang saat ini masih terselesaikan.

“Kemudian infrastruktur juga masih kurang. Lalu integrasi terhadap fasilitas publik itu masih kurang,” ujarnya.

Menurutnya, jika kawasan industri itu tidak terintegrasi dengan pelabuhan, bandara, akan lebih sulit melakukan proses ekspor-impor, Sehingga akan mengganggu proses produksi.

Kemudian, untuk bisa menarik investasi masuk ke Indonesia adalah harus menyelesaikan inkonsistensi kebijakan dari pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

“Meskipun kita tahu, kita masih punya PR besar bagaimana getting business licenses itu masih problem, itu bisa dilihat dari publikasi World Bank khusus untuk Indonesia,” tandasnya.

Gibran Rakabuming Raka INDEF PDB Prabowo Subianto Produk Domestik Bruto rasio utang negara
Share. Facebook Twitter WhatsApp

Jangan Lewatkan

Jadwal SIM Keliling Kabupaten Bandung 18 Juni 2025, Catat Lokasinya

Rabu, 18 Juni 2025 05:00 WIB

Jadwal SIM Keliling Kota Bandung 18 Juni 2025, Cek Lokasinya

Rabu, 18 Juni 2025 03:00 WIB

Harga LPG 3 Kg di Bandung Naik, Warga Diminta Tenang dan Tidak Panic Buying

Selasa, 17 Juni 2025 21:30 WIB

KAI Gandeng INKA: Investasi Rp14,87 Triliun untuk Modernisasi Transportasi Nasional

Selasa, 17 Juni 2025 20:25 WIB

Presiden Prabowo Tetapkan Empat Pulau Sengketa Masuk Wilayah Aceh, Pemerintah Tegaskan Berdasar Data Sah

Selasa, 17 Juni 2025 19:35 WIB

Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Dahsyat, Kolom Abu Capai 11.584 Meter: Warga Diminta Waspada

Selasa, 17 Juni 2025 19:24 WIB
Terpopuler

3 Spot Hidden Gem Bandung Buat Healing di Akhir Pekan

Kamis, 12 Juni 2025 06:00 WIB

Wisata Bandung Hits 2025: Rekomendasi Liburan Keluarga & Pasangan

Rabu, 11 Juni 2025 02:00 WIB

Rekomendasi Wisata Bogor Terbaru dan Terpopuler: Cocok untuk Liburan Keluarga dan Pasangan

Sabtu, 14 Juni 2025 16:34 WIB

Kecanduan Pornografi? 5 Film Ini Ceritakan Dampak Negatif Nonton Bokep

Kamis, 13 Juni 2024 22:00 WIB

Wisata Garut Paling Populer 2025: Mulai dari Gunung Sampai Pantai

Sabtu, 14 Juni 2025 01:00 WIB
Facebook Instagram YouTube
Bukamata.id © 2025
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.