“Apabila ada orang yang mengatakan tidak menggunakan Mina Jadid membuat kepadatan jamaah dan antrian toilet yang panjang, saya sebagai Tim Monitoring dan Evalasi tidak melihat demikian,” jelasnya.
“Karena, jika tidak ada tambahan kuota 20.000 saja, tingkat kepadatan tenda dan antrean toilet tetap saja panjang, bahkan tidak kurang dari sekarang, baik yang ada di wilayah Mina Jadid maupun di Muaishim,” tambahnya.
Selain itu, inovasi lain yang menjadi Langkah jitu Gusmen dalam meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi Jemaah haji di masa puncak haji tahun 1445 H/2024 M adalah skema murur di Muzdalifah.
Murur di Muzdalifah adalah bermalam dengan cara melintas, setelah melakukan wukuf di Arafah. Jemaah haji lansia tetap berada di dalam bus saat melewati Muzdalifah tanpa turun, kemudian bus membawa mereka langsung menuju tenda di Mina,
“Dengan skema murur dari Gusmen ini alhamdulillah berjalan sukses dan sangat membantu jamaah yang udzur. Sehingga jamaah yang udzur dapat melaksanakan prosesi haji tanpa menambah kepadatan di Muzdalifah,” katanya.
Ajam menilai, bahwa skema murur memungkinkan jemaah haji yang mampu bermalam di Muzdalifah mendapatkan ruang yang lebih luas dan mengurangi risiko kepadatan yang berlebihan.
Terlaksananya 2 terobosan yang menjadi langkah jitu Gusmen ini tidak terlepas dari kerja sama dengan pihak Mashariq Motawif Pilgrims for Southeast Asian Countries Co, sebuah perusahaan swasta yang menyediakan paket haji dan umrah.
“Mashariq merupakan pihak yang menyediakan fasilitas di Armuzna. Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan pendukung kelancaran pelaksanaan ibadah haji yang dimulai dari layanan administrasi jemaah (kartu nusuk), akomodasi yang layak, transportasi yang aman, hingga layanan konsumsi,” bebernya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini