bukamata.id – Ketegangan antara Iran dan Israel terus memuncak, dengan kedua negara menunjukkan kesiapan untuk perang berkepanjangan tanpa batas waktu. Iran menegaskan komitmennya untuk menghadapi konflik ini tanpa kompromi, bahkan jika harus berlangsung lama.
Ahmad Vahidi, salah satu tokoh militer senior dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menegaskan bahwa negaranya telah memperhitungkan setiap skenario dalam konflik ini.
“Kami telah mempertimbangkan segala kemungkinan dan bersiap menghadapi situasi apa pun dalam perang. Kami tidak takut akan perang yang berlarut-larut dan dalam beberapa hari mendatang dunia akan melihat inovasi apa yang akan dibawa Iran ke medan perang,” tegas Vahidi, dikutip dari kantor berita Tasnim, Selasa (17/6/2025).
Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan yang terus meningkat setelah rentetan serangan saling balas antara kedua negara. Iran menyatakan menolak segala bentuk negosiasi gencatan senjata selama wilayahnya masih berada di bawah serangan dan dendam atas korban di pihaknya belum terbalaskan.
Sebagai respons terhadap serangan udara Israel pada Jumat lalu, Iran meluncurkan operasi militer bertajuk True Promise 3. Serangan balasan ini telah mengakibatkan 24 korban tewas dan melukai sekitar 600 orang di wilayah Israel.
Sementara itu, Israel juga menunjukkan sikap tanpa kompromi. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menggelar operasi berskala besar dengan nama sandi Rising Lion, yang diklaim menargetkan fasilitas militer dan nuklir Iran.
Duta Besar Israel untuk Rusia, Simona Halperin, menyampaikan bahwa operasi militer akan terus berjalan selama yang dibutuhkan.
“Kami akan bekerja selama yang kami perlukan,” ujarnya singkat.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Iran menunjukkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan 224 kematian dan hampir 1.500 luka-luka, dengan 90 persen korban tewas merupakan warga sipil. Angka tersebut menggambarkan skala dampak kemanusiaan yang signifikan di tengah eskalasi konflik ini.
Konflik antara kedua negara kini telah memasuki fase kritis yang tidak hanya melibatkan kekuatan militer, tetapi juga mengundang perhatian dunia terhadap risiko lebih luas di kawasan Timur Tengah.