Menurutnya, selama musim hujan 2024/2025, sebagian besar daerah diprediksi mengalami sifat hujan di bawah normal 2 ZOM atau 0,3 persen, normal 448 ZOM atau 64,1 persen, dan atas normal sebanyak 249 ZOM atau 35,6 persen.
“Namun yang perlu digarisbawahi meskipun normal, normalnya itu curah hujannya menengah hingga tinggi, bahkan di berbagai wilayah Indonesia terutama yang konsisten itu Kalimantan di situ tinggi, wilayah lainnya terafiliasi diawali menengah kemudian tinggi, kemudian turun lagi,” terangnya.
Dengan kondisi tersebut, kata Dwikorita, maka potensi bencana hidrometeologi basah itu sangat perlu diwaspadai.
“Terutama untuk wilayah yang baru saja mengalami erupsi gunung merapi, di situ dikhawatirkan akan memicu terjadinya banjir lahar atau banjir bandang yang masif dan meluas, ini yang harus bener-bener dikendalikan,” ungkapnya.
Meskipun sebagaian besar potensi yang terjadi adalah bencana hidrometeologi basah, Dwikorita menyebut bahwa ada sebagian kecil wilayah yang berpotensi kering di awal musim hujan pada September dan Oktober.
“Seperti di Jawa Timur kemudian juga di Nusa Tenggara Barat maupun Timur, ini di bulan September-Oktober relatif masih curah hujannya rendah bahkan ada wilayah yang kering, kemudian nanti diharapkan November kekeringan di sana berakhir,” imbuhnya.
Oleh karena itu, pihaknya pun mengimbau pemerintah daerah (Pemda) dan pemangku kepentingan lainnya untuk lebih siap dan antisipatif terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi selama periode musim hujan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini