“Jadi yang kita tekankan adalah bagaimana menekan kematian dan juga menekan kasus, tapi paling utama menekan kasus yang meninggal ini,” tegasnya.
Untuk penanganan tingkat provinsi sendiri, Bey memastikan, akan melakukan berbagai upaya agar kasus DBD serta angka kematian bisa ditekan hingga beberapa bulan ke depan. Koordinasi dengan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) untuk mencarikan solusi sudah dilakukan.
“Kami masih berusaha menekan kasus penyebarannya peningkatannya dengan lebih masif lagi gerakan untuk melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M plus,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Jabar, Vini Adiani Dewi mengatakan, penyakit DBD selalu ada sepanjang tahun. Hanya saja, pada saat pancaroba kasus demam berdarah biasanya mengalami kecenderungan meningkat.
Vini mengungkapkan, pada saat pancaroba akan banyak genangan air muncul di lingkungan rumah. Genangan air itulah yang kemudian menjadi tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti dan membuat kasus DBD meningkat.
“Dimana DBD ini senang pada air bersih (menggenang), maka kapan paling banyak terjadinya genangan? Ketika terjadi perubahan, kalau musim panas kan langsung kering dan kalau musim hujan akan terbawa arus,” jelasnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi mengatakan, pihaknya siap membantu dalam memberikan beberapa logistik untuk penanganan DBD. Menurutnya, kasus DBD di Jawa Barat tergolong tinggi se-Indonesia.
“Kami sudah mengalokasikan bebrapa logistik yang penting, seperti NS1 itu kita siapkan cukup banyak untuk di Jabar. Karena memang penduduk Jabar paling banyak dan resikonya di Jabar itu termasuk yang tinggi jadi memag harus kita mitigasi,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini