bukamata.id – Kementerian Agama (Kemenag) mengajak lembaga penyiaran untuk menyajikan program siaran agama yang selaras dengan Deklarasi Istiqlal selama Ramadan 2025.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad mengatakan, di antara pesan Deklarasi Istiqlal adalah mengedepankan nilai-nilai toleransi, kemanusiaan, dan kepedulian terhadap lingkungan.
“Ramadan adalah bulan kedamaian. Karena itu, media harus menyiarkan konten yang memberikan ketenangan kepada umat,” ucap Abu di Wisma Kemenag, Jakarta, dikutip Minggu (16/2/2025).
Abu menegaskan, Kemenag melakukan kerja sama dengan media penyiaran untuk memastikan siaran agama disampaikan oleh ulama dan narasumber yang berkompeten, sehingga pesan dakwah dapat tersampaikan secara damai dan inklusif.
Abu menekankan bahwa siaran agama selama Ramadan harus sejalan dengan semangat Deklarasi Istiqlal, yaitu menolak segala bentuk dehumanisasi, serta mengedepankan empati, kasih sayang, dan penghormatan terhadap sesama tanpa memandang latar belakang sosial dan budaya.
“Siaran agama juga harus mendorong sikap empati, kasih sayang, serta penghormatan terhadap sesama, tanpa memandang latar belakang sosial dan budaya,” ungkapnya.
Selain itu, ia mengungkapkan pentingnya isu lingkungan dalam dakwah Ramadan. Menurutnya, Islam mengajarkan bahwa alam adalah amanah yang harus dijaga, sehingga siaran agama diharapkan mengajak masyarakat untuk hidup lebih ramah lingkungan.
“Islam menempatkan alam sebagai amanah yang harus dijaga. Siaran agama di bulan Ramadan juga menekankan kesadaran ekologis, mengajak masyarakat untuk hidup lebih ramah lingkungan, serta menjaga kebersihan dan kelestarian alam sebagai bagian dari ibadah,” katanya.
Menurut Abu, media memiliki tanggung jawab besar dalam membangun harmoni sosial melalui siaran agama, terutama selama Ramadan yang merupakan momentum untuk mempererat persaudaraan dan persatuan.
“Ramadan, bulan persaudaraan dan persatuan, harus dimanfaatkan untuk mempererat hubungan antarumat beragama, membangun toleransi, serta mencegah munculnya ujaran kebencian yang dapat mengganggu kerukunan masyarakat,” ungkapnya.
Selain menyiarkan ceramah agama, media juga diharapkan menyajikan kisah-kisah inspiratif tentang gotong royong, kepedulian sosial, dan semangat berbagi.
“Media tidak hanya sekadar menyajikan ceramah agama, tetapi juga harus menghadirkan inspirasi melalui kisah nyata yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial yang membawa manfaat bagi sesama,” imbuhnya.
Guru Besar UIN Walisongo Semarang itu berharap, kemajuan teknologi dapat menjadi alat untuk memperluas pemahaman umat terhadap ajaran Islam, bukan malah menghambat dakwah.
“Saya yakin bahwa dengan diskusi dan pertukaran gagasan dalam forum ini, kita dapat merumuskan langkah-langkah strategis yang mampu meningkatkan kualitas siaran agama di media. Dengan kerja sama yang solid dan komitmen yang kuat, kita dapat mewujudkan siaran agama yang berkualitas, inspiratif, dan mampu menjawab tantangan zaman,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini