Atau seminimal-minimalnya mengenal terlebih dahulu atau menumbuhkan kesadaran tentang apa itu disleksia dan bagaimana anak kemudian mengetahui dan menyadari potensi diri dan rasa percaya dirinya masing-masing.
Terlebih lagi, hal tersebut diperkuat dan merujuk pada data temuan United NoticeAbility Dyslexia Network (organisasi nirlaba asal Amerika Serikat yang berkomitmen untuk memberdayakan individu penderita disleksia di seluruh dunia), yang menyebutkan bahwa 50% penghuni Lembaga Pemasyarakatan di Amerika Serikat adalah anak dengan disleksia. Dan tidak menutup kemungkinan hal demikian juga terjadi di belahan dunia yang lain, tak terkecuali di Indonesia.
“Dalam perkembangannya, salah satu hasil penelitian United NoticeAbility Dyslexia Network menunjukkan bahwa anak-anak yang kesulitan belajar spesifik itu banyak sekali yang hidupnya berakhir di balik jeruji,” ujarnya
Untuk itu, Laurentia menilai bahwa sebetulnya anak-anak LPKA ini cerdas. Namun, memang perlu treatment khusus untuk bisa membaca, bisa menguasai matematika, dan hal ini tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah di Indonesia.
Kedepannya, Yayasan Lentera Insan Kreatif akan membantu anak-anak yang berada di LPKA ini melalui treatment hasil dari sinergi dengan organisasi di luar negeri.
“Masih dalam penjajakan, tapi kami juga sebetulnya merasa terpanggil untuk membantu anak-anak ini, karena kita tau pastikan sumber daya nya terbatas, sedangkan pengetahuan tentang treatment anak-anak ini di Indonesia juga belum banyak, kebetulan kami bisa bersinergi dengan organisasi luar negeri yang punya lebih banyak hasil penelitian, lebih banyak metode, jadi kami juga terpanggil untuk bantu anak-anak itu disini,” paparnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini