“Walaupun naik 2 persen pun itu bukan perkara mudah apalagi dengan kondisi mood publik yang beberapa waktu lalu diwarnai dengan yang terjadi media sosial yaitu Kampanye Peringatan Darurat,” tambahnya.
Hedi juga berharap, Mapancas menggunakan hak pilihnya dengan bijak dengan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 27 November nanti.
“Sekali lagi saya berharap betul lampu penyelenggara Pemilu bahwa angka partisipasi pemilik kita buat naik kemudian juga kita mendapatkan memang pemimpin yang membawa kemajuan bagi daerahnya masing-masing itu saja yang dapat saya sampaikan,” harapnya.
Sementara itu, praktisi kepemiluan sekaligus senior Mapancas, Husni Farhani Mubarok menyoroti tantangan demokrasi saat ini, terutama pesimisme di kalangan kaum muda.
“Bonus demografi dan bonus demokrasi harus dimanfaatkan untuk menciptakan demokrasi yang sehat dan berkualitas tinggi,” ujar Husni.
Menurutnya, bonus demokrasi dalam konteks yang sama dengan bonus demografi adalah dimana jumlah pemilih pemula nanti data yang lebih
depan.
“Pertanyaannya pada konteks yang sama adalah, apakah bonus demografi dan bonus demokrasi tersebut linier, sesuai dengan hasil akhir dari nasib bangsa ini,” ungkapnya.
Husni mengatakan, jika bonus demografi diharapkan menciptakan bangsa yang berdaya saing tinggi, sedangkan bonus demokrasi melahirkan demokrasi yang sehat, berkualitas tinggi dalam semua aspek penilaiannya.
“Kalau kita ukur, hari ini misalnya akan sangat subjektif, mau menyebut demokrasi sekarang sehat atau sahih tergantung posisi kita. Karena kalau sudah bicara demokrasi, temen-temen tetapnya adalah politik,” jelasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini