Elan juga mengajak semua pihak untuk memerangi politik uang yang dapat merusak integritas pemilihan.
“Kita harus menjadi pemilih cerdas dan bersama-sama menolak politik uang. Mulai dari tahun ini, kita harus berjuang agar politik uang semakin berkurang,” ungkapnya.
Pemerhati pemilu, Nina Yuningsih menyoroti pentingnya pendidikan pemilih untuk meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.
“Indonesia masih tergolong sebagai negara dengan demokrasi yang cacat. Ini artinya, walaupun pemilu berjalan bebas dan adil, masih banyak kelemahan dalam aspek lain, seperti budaya politik yang kurang maju dan partisipasi politik yang rendah,” kata Nina.
Nina menekankan bahwa pendidikan politik sangat penting untuk mendidik pemilih agar lebih kritis dan memahami hak serta tanggung jawab mereka dalam pemilu.
“Dengan pemahaman yang baik, kita bisa meminimalisir penyimpangan dalam penyelenggaraan pemilu,” imbuhnya.
Sementara itu, pegiat pemilu dari Pemuda Tani HKTI Jabar, Tatang Suhara mengajak para peserta untuk menilai rekam jejak calon pemimpin sebelum menentukan pilihan.
“Memilih pemimpin itu harus melihat integritas dan rekam jejak. Jangan asal pilih, apalagi sampai tergoda dengan politik uang. Kita butuh pemimpin yang punya kapasitas untuk membangun Jawa Barat, terutama dalam mendukung sektor pertanian,” kata Tatang.
Tatang juga menegaskan pentingnya pemilih untuk mempertimbangkan calon yang memiliki program jelas untuk meningkatkan kesejahteraan petani, baik di bidang on-farm maupun off-farm.
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi tanya jawab dan doa bersama. Para peserta menyambut baik sosialisasi ini dan diharapkan bisa menjadi agen perubahan di masyarakat, khususnya dalam menyebarkan informasi mengenai pentingnya menolak politik uang dan memilih pemimpin dengan integritas.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini