bukamata.id – Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana menilai, gerakan kritik yang datang dari para guru besar dan Civitas Akademik ditunggangi kepentingan politik.
Pernyataan ini pun membuat Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof Koentjoro merasa tersinggung. Menurutnya, gerakan kritik tersebut merupakan wujud kecintaan sivitas akademika UGM terhadap Indonesia dan juga almamaternya.
“Saya sangat tidak puas. Saya tersinggung. Silahkan bapak lihat ketika kami membacakan petisi Bulaksumur, dua kali saya membaca Bismillah. Saya membacakan dengan suara kasih dari UGM mengingatkan alumninya,” ungkap Koentjoro saat menjadi narasumber di salah satu program stasiun televisi, Sabtu (3/2).
Koentjoro mengatakan, munculnya petisi Bulaksumur, murni dilandaskan atas rasa kekeluargaan yang saling mengingatkan satu dengan yang lain.
“Maaf saya takut ada chaos pak, baru dari UGM bicara sudah banyak upaya penolakan. Saya cinta Indonesia cinta NKRI dan cinta UGM karena itu UGM mengingatkan alumninya dasarnya cuma itu,” ungkapnya.
Koentjoro juga menegaskan, petisi Bulaksumur yang dibacakan beberapa waktu lalu dirumuskan secara serius melibatkan banyak pihak dan berbagai tokoh-tokoh penting UGM.
“Dan di UGM itu ada 250 orang merumuskan petisi Bulaksumur di situ ada debat hingga akhirnya ada tandatangan ada mantan dua rektor hingga wakil rektor hadir di acara itu, kami tidak main-main,” terangnya.
Senada, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Susi Dwi Harijanti merasa kecewa lantaran dalam beberapa hal, Rumadi masih berupaya melakukan pembenaran atas pernyataan Ari Dwipayana.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini