Dadang mengungkapkan, bahwa kenapa program guru ngaji ini digulirkan berawal dari pengalamannya saat masih menjabat kepala desa dan memiliki keterbatasan anggaran, sehingga mencari anggaran sendiri untuk memberikan perhatian kepada para guru ngaji.
“Saat abdi nuju nyupiran. Dalam pikiran saya, Ya Allah, lamun hiji waktu abdi dikersakeun dibere amanah jadi bupati, maka lain ngan saukur ustadz sadesa, tapi sa kabupaten anu bakal diperhatikeun,” terangnya.
Dadang mengutarakan cita-citanya ingin menjadi bupati lantaran ingin memuliakan ulama, dengan cara memberikan insentif. Cita-cita kedua ingin masuk surga.
“Begitu dilantik, saya mencari anggaran Rp109 miliar untuk memberikan insentif kepada para guru ngaji tersebut,” katanya.
Hikmah dari memuliakan ulama itu, kata Dadang, PAD Kabupaten Bandung dari Rp969 miliar naik jadi Rp1,3 triliun. APBD Kabupaten Bandung yang awalnya Rp4,6 triliun naik menjadi Rp7,4 triliun.
“Ini buktinya,” ujarnya.
Di sisi lain, kewajiban orang tua itu mendidik anak-anaknya. Saat launching program guru ngaji itu, Dadang atas nama para orang tua di Kabupaten Bandung menitipkan kepada para ustadz untuk mengajar ngaji anak-anak tersebut.
“Para guru ngaji itu diberikan insentif setiap bulannya sebesar Rp350.000 melalui rekening masing-masing. Ditambah empat kartu BPJS Kesehatan pada setiap guru ngaji itu, untuk istri dan kedua anaknya. Dengan memiliki kartu BPJS Kesehatan itu, disaat berobat ke rumah sakit gratis tanpa dipungut sepeser pun,” bebernya.
Kemudian manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan, ahli warisnya mendapatkan santunan Rp42 juta. Apabila keanggotannya sudah tiga tahun, ahli warisnya plus mendapatkan beasiswa Rp174 juta.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini