Tak hanya itu, pertemuan ini juga untuk meningkatkan pertukaran teknologi dan lain-lain sehingga terjadi kerjasama antar negara yang saling mendukung untuk menciptakan sektor teh yang lebih kompetitif dan berkelanjutan di Asia.
Konferensi tahun ini mengangkat tema ‘Multistakeholder cooperation for tea sector in Asia’, dengan fokus pada pemberdayaan petani teh kecil dan potensi untuk menciptakan bentuk kerjasama yang melibatkan berbagai pihak dalam industri teh di Asia.
Di dalamnya ada produsen teh, perusahaan pengolahan, pemerintah, lembaga riset, organisasi non-pemerintah, petani teh, dan konsumen.
Managing Director Solidaridad Asia, Dr. Shatadru Chattopadhayay mengatakan, bahwa Solidaridad merasa terhormat mendapatkan peran sebagai penyelenggara netral Asia Tea Alliance, sebuah inisiatif terobosan yang menyatukan produsen teh kecil dan besar di benua Asia.
“Dalam tahun-tahun mendatang, kami percaya ATA akan muncul sebagai salah satu forum penting untuk mengatasi masalah yang sama, ketertarikan, dan aspirasi industri teh Asia. Visi kami jelas akan berada pada garis terdepan dalam mendukung produksi yang efisien, ekonomis, dan rutin, serta pasokan teh yang berkelanjutan dan berkualitas tinggi untuk konsumen,” katanya.
Direktur Eksekutif ITMA (Indonesian Tea Marketing Association), Veronika Ratri mengungkapkan, pihaknya akan selalu memberikan support pada produk teh rakyat, karena masa depan industri teh Indonesia sangat bergantung pada Perkebunan Rakyat, mengingat dominasi kepemilikan lahan ada pada mereka.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini