Hal ini pun dirinya terapkan sendiri di Saung Angklung Udjo. Dimana nama Saung Angklung Udjo bisa mendunia tanpa bergantung pada pemerintah.
“Harus menjaga alam. Salah satunya kesenian angklung yang kini sudah mendunia. Harus dikenalkan sejak dini. Pesan Almarhum Ujo Ngalagena, jangan bergantung pada Pemerintah,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Produk Budaya dan Kesenian Pertama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Ratna Rahayu mengatakan, bahwa sanggar seni di Kota Bandung sudah sangat banyak.
Saat ini, totalnya mencapai 1.008 sanggar seni. Hanya saja, para remaja sekarang sedang dijajah oleh kebudayaan luar seperti K-Pop.
“Kita dijajah dalam hal budaya. Anak remaja justru senangnya K-Pop, padahal sanggar seni ada 1008 di Kota Bandung. Budaya manuskrip sudah susah ditemukan sejarahnya,” jelasnya.
Ratna mengaku miris dengan kondisi budaya Sunda yang mulai luntur di Kota Bandung. Di mana ia merasakan sendiri bahwa nuansa kebudayaan Sunda di Bandung atau Jabar tidak sekuat saat dirinya berkunjung ke Bali.
“Kita mengalami gempuran budaya luar, nuansa sunda tidak terasa di setiap lokasi yang ada di Bandung atau Jabar. Beda halnya dengan bali yang nuansa gamelan bali nya kuat,” ungkapnya.
“Hotel-hotel, tempat wisata jarang sekali bernuansa atau memutar musik sunda. Padahal Bandung Kota Angklung sejak 21 Mei 2022,” lanjutnya.
Untuk merangsang kebudayaan, Disbudpar Kota Bandung sebenarnya telah melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan rutin anugerah budaya dan anugerah cagar budaya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini