Setiap peserta diminta untuk memilih tokoh yang mereka anggap sebagai pahlawan, baik dalam konteks sosial, lingkungan, maupun individu yang dianggap berperan penting dalam masyarakat.
“Tema ‘Hero’ kami pilih karena bertepatan dengan Hari Pahlawan. Kami ingin menunjukkan bahwa pahlawan tidak selalu harus dalam skala besar, tetapi bisa juga berupa orang-orang yang memberi dampak positif dalam kehidupan sehari-hari,” kata Raisan.
Karya-karya yang dipamerkan antara lain karya Aura, yang mengangkat cerita tentang seorang ibu yang merawat anak-anak jalanan sebagai pahlawan sosial.
Serta Mulet, yang menampilkan sosok seorang pengumpul sampah yang mendirikan yayasan untuk membantu anak-anak membayar biaya sekolah menggunakan sampah.
Selain itu, ada juga karya Dini, yang bercerita tentang pengumpul sampah pampers yang dianggap pahlawan lingkungan.
Membangun Ekosistem Fotografi di Bandung
Program Festival Fotografi Kampus ini bukan hanya sekadar pameran, tetapi juga merupakan bagian dari upaya PFI Bandung untuk membangun ekosistem fotografi yang lebih berkembang di kota ini.
Raisan berharap program ini dapat memberikan ruang bagi fotografer muda untuk belajar, mengasah keterampilan, dan menghasilkan karya-karya yang dapat memberikan dampak sosial yang positif.
“Kami ingin para peserta tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga mampu melihat dan menangkap momen-momen kepahlawanan yang ada di sekitar mereka. Ini adalah salah satu cara untuk mengasah kemampuan mereka dalam menyampaikan pesan yang kuat melalui gambar,” ujar Raisan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini