Berkaitan dengan majunya penggunaan dari kereta api ini, kata Budi, pemerintah juga tidak ingin hanya menjadi user saja, namun sebagai tempat produksi dengan fungsi yang ditingkatkan.
“Kita yakin apa yang dilakukan ini membuat kekompakan dari ASEAN ini bertambah dan kita mampu menjadi tuan rumah di daerah sendiri,” imbuhnya.
Menurutnya, penggunaan transportasi publik masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan.
“Kota-kota besar di Indonesia itu masih belum maksimal menggunakan angkutan massal. Jakarta, banyak yang senang tapi belum maksimal, oleh karenanya ini PR buat kita untuk bisa lebih mengembangkan potensi yang ada,” jelasnya.
Padahal, transportasi publik di Indonesia sudah cukup ramah di kantong. Seperti Kereta Api Indonesia (KAI) yang kini masih menjadi andalan masyarakat dalam menempuh perjalanan antar daerah.
Pihaknya pun meminta, agar hal ini dapat dimaksimalkan hingga bisa terus menambah pelanggan.
“Dan satu hal yang kita sukai bahwa kereta api disukai karena harganya terjangkau dan tepat waktu. Saya minta PT KAI dipertahankan service itu dan sekarang menjadi suatu kenyataan bahwa naik kereta, Surabaya-Jakarta, Solo-Jakarta atau ke Bandung Itu menjadi lifestyle,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo mengatakan, sektor kereta api di Indonesia turut menjadi barometer dan ARCEOs’ Conference ke-44 di Kota Bandung ini menjadi hal yang penting untuk keberlanjutan.
“Kereta api Indonesia ini barometer utama di negeri ASEAN ini. Dan kereta cepat Whoosh tetapi menjadi kebanggan ASEAN juga. Makanya diselenggarakan di Bandung. Nanti bisa naik semua moda,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini