Menurutnya, penguatan sislognas dapat dicapai melalui program penguatan ekosistem logistik nasional, program penguatan infrastruktur dan konektivitas, program peningkatan daya saing SDM dan penyedia jasa logistik, serta program transformasi digital layanan logistik.
“Terkait transportasi logistik laut, Indonesia dapat belajar dari Jepang, Uni Eropa, atau bahkan Filipina yang memiliki karakteristik geografis sama, yakni archipelago dengan waktu tempuh pelayaran rata-rata di bawah dua hari. Transportasi logistik antarpulau ini akan dapat lebih efektif dan efisien jika memaksimalkan penggunaan roro dan ropax,” tuturnya.
Saat ini, kesiapan industri 4.0 Indonesia masih di level 2 sehingga diperlukan pengembangan SDM logistik yang mempertimbangkan kebutuhan pengguna, body of knowledge, serta KKNI.
Tata kelola logistik memiliki tantangan pada beragamnya pelaku yang berperan dalam proses logistik, dan masing-masing memiliki standarisasinya sendiri mengenai bagaimana proses logistik tersebut harus dilakukan.
“Beragam upaya inovasi untuk meningkatkan kinerja logistik di Indonesia telah banyak dilakukan, hanya saja perubahan ini terjadi pada sektor yang parsial dan kurang cepat dan tepat. Butuh perubahan yang menyeluruh, cepat, dan tepat untuk meningkatkan kinerja logistik di Indonesia agar dapat berpengaruh secara signifikan pada aransemen pasar,” benernya.
Titah menilai, seminar ini pun telah membuka wawasan terkait kondisi saat ini melalui sharing persepsi berbagai pemangku kepentingan, seperti regulator, pelaku usaha, konsultan, dan akademisi.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini