bukamata.id – Dosen Eksplorasi Seismik, Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Firman Syaifuddin menyatakan, sedikitnya ada tiga motede pendekatan untuk mengidentifikasi sumber terjadinya gempa Megathrust.
Motode yang pertama adalah dengan mengidentifikasi sumber gempa yang kemungkinan besar akan mempengaruhi lokasi pengamatan.
Yang kedua adalah dengan menentukan skenario parameter gempa dengan memilih parameter magnitudo maksimum dan lokasi terdekat dari sumber gempa yang terdekat dari sumber gempa yang diperkirakan akan memberikan dampak pada lokasi pengamatan.
“Parameter-parameter kira-kira maksimum magnitudonya berapa, kemudian kalau ada titik-titik dimananya, kemudian jarak dari titik pengamatan ke titik sumber berapa,” ucap Firman saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk ‘Waspada Gempa Megathrust’, Selasa (20/8/2024).
Sedangkan motode ketiga dengan menentukan parameter gerakan tanah di lokasi pengamatan lokasi pengamatan dengan menggunakan fungsi atenuasi.
“Dari semua data itu kemudian dilakukan asssesment kemudian dihitung kira kira getaran yang mungkin terjadi seberapa besar kemudian kita bisa transformasi menjadi intensitas gempa yang selama ini menjadi standar dari intensitas gempa,” katanya.
Firman mengatakan, berdasarkan peta sumber bahaya gempa (Pusgen) tahun 2017 menyatakan bahwa ada sekitar 13 zona megathrust model potensi sumber gempa di Indonesia.
“Khusus pulau Jawa sebenarnya yang cukup dekat ada 4 mulai dari sumba di bagian timur, kemudian bagian lebih baratnya ada segmentis java, kemudian ada west central java yang lagi rame berkaitan dengan isu megathrust selat sunda di sebelah selatan dari selat sunda,” jelasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini