Menurutnya, pemodelan gempa megathrust Di sebalah barat Sumatera jauh lebih valid dibandingkan di selatan Jawa.
“Jadi kalau misalkan 8,7 dipotensialkan akan terjadi segitu. Akurasi analisisnya jauh lebih tinggi di barat Sumatera dibandingkan di selatan Jawa, karena kurang data. Akibatnya walau pun di plot M 8,7-8,8 dalam pendapat saya itu sulit terjadi,” katanya.
Awang mengungkapkan, gempa-gempa megathrust paling besar di selatan Jawa selama ini pengukuran oleh instrumen sejah 1990 itu bermagnito 7+.
“Bila dikatakan ada yang 8+ itu sebelum tahun 1900 itu berdasarkan interpretasi bukan data hasil pengukuran instrumen. Jadi para ahli pun saat mengatakan gempa-gempa itu jangan bilang asal saja, itu tuh berbeda validitasnya,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini