Lebih lanjut, Yudha mengatakan bahwa Rachmat Pambudy memiliki latar belakang sebagai akademisi dan tentu terbiasa memaparkan data apa adanya.
Menurutnya, hal tersebut bukan sebuah kelemahan, namun justru merupakan kekuatan di tengah banyaknya pencitraan yang memanfaatkan fabrikasi data.
“Langkah transparan tersebut menunjukkan komitmen terhadap perencanaan pembangunan yang bertanggung jawab. Dalam proses pembangunan nasional, kejujuran data menjadi elemen vital untuk memastikan kebijakan yang dirumuskan memiliki dasar yang akurat dan dapat diandalkan. Mengakui adanya tantangan atau target yang belum tercapai bukan berarti menandakan kegagalan, melainkan menjadi ruang untuk perbaikan yang lebih terarah,” bebernya.
Hal ini diperkuat dengan keterangan resmi Kementerian PPN/Bappenas bertajuk “Pencapaian Kinerja Pembangunan RPJMN 2020–2024”. Di sana juga dijelaskan bahwa data yang dipresentasikan hanya mencakup sebagian kecil dari keseluruhan indikator pembangunan.
Dari 505 indikator yang dirancang, 19 indikator dievaluasi, dan 11 di antaranya diperkirakan tidak tercapai. Hal ini, menurut Kementerian, diklarifikasi sekali lagi, tidak dapat diartikan sebagai nilai buruk, melainkan bagian dari proses pembangunan yang bersifat kontinu dan berkelanjutan.
Dalam membaca data pembangunan, penting untuk melihat keseluruhan konteks, termasuk capaian yang telah diraih selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Evaluasi ini justru menjadi bukti bahwa dengan nadanya beberapa target yang berhasil dicapai, meski ada ruang untuk perbaikan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini