Di sisi lain, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Tantan Surya Santana, mengatakan bahwa program MBG telah disosialisasikan oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan.
Namun, tantangan besar seperti masalah stunting dan pengawasan kualitas makanan di sekolah masih menjadi perhatian utama.
“Beberapa siswa mengandalkan makanan yang disediakan sekolah, namun ada kekhawatiran apakah makanan tersebut memenuhi standar gizi yang seharusnya. Selain itu, kami juga perlu penyesuaian jadwal pengiriman makanan agar sesuai dengan jam pelajaran,” ujar Tantan.
Tantan juga mengusulkan pembentukan kelompok kerja (pokja) di tingkat sekolah dan kota untuk memastikan koordinasi yang lebih baik, termasuk dalam pengelolaan sampah yang bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, menekankan pentingnya pemanfaatan bahan pangan lokal dengan konsep Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).
Gin Gin juga berharap program Buruan Sae yang melibatkan petani lokal dapat mendukung keberlanjutan program MBG.
“Kami mendukung pemanfaatan Dapur Dahsat (Dapur Sehat Atasi Stunting) di kelurahan dan integrasi Buruan Sae sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah,” ujar Gin Gin.
Hingga saat ini, pelaksanaan program MBG di Kota Bandung telah mencakup 21.271 siswa, terbagi dalam dua tahap distribusi. Tahap pertama mencakup 9 SD dan 5 SMP, sementara tahap kedua melibatkan 1 TK, 21 SD, dan 4 SMP di 7 kecamatan: Cicendo, Sukajadi, Andir, Antapani, Arcamanik, Bandung Kidul, dan Coblong.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini