“Artinya, sejumlah kecil BPA yang masuk ke dalam tubuh tidak berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini memperkuat hasil penelitian independen uji keamanan dan kualitas AMDK galon berbahan polikarbonat dari berbagai merek ternama di Jabar yang dirilis Kelompok Studi Polimer ITB.
“Hasil penelitian menunjukkan semua sampel air galon yang diuji terbukti aman dikonsumsi, sesuai dengan standar dan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah,” imbuhnya.
Aswin mengatakan, bahwa paparan BPA dari penggunaan galon air minum yang dikonsumsi sehari-hari masih berada dalam batas aman. Batas aman BPA menurut Kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) adalah 4 mikrogram per kilogram berat badan per hari.
Sedangkan penelitian terbaru dari Kelompok Studi Polimer ITB menunjukkan paparan BPA tidak terdeteksi dalam sampel air kemasan galon.
Sementara penelitian dilakukan dengan menggunakan alat ukur canggih yaitu High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang dikenal akan ketepatan akurasinya, dengan nilai Limit of Detection (LoD) sebesar 0,0099 mikrogram per liter (mcg/L), jauh lebih kecil dari batas aman BPA yang ditetapkan regulasi.
“Sebagai analogi, BPA dalam air akan berbahaya jika kita mengonsumsi 10.000 liter air atau setara lebih dari 500 galon air minum (19 liter) dalam sekali minum. Suatu yang mustahil. Oleh karena itu, konsumen tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi air dari galon setiap hari,” terangnya.
Untuk diketahui, penelitian ini mengikuti metode uji baku keamanan dan kualitas air minum nasional dan internasional, baik standar dari BPOM, SNI, Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), maupun American Public Health Association (APHA), dengan menggunakan detail analisis kimia dari Association of Official Analytical Chemist International (AOAC).
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini