Adhitia juga menyayangkan banyak sekali Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) di RW yang tidak memiliki lahan ataupun yang sudah ada lahan tapi tidak kontinyu.
“Kaya misalkan tempat untuk membuat pupuk organik dari sampah organik dan magotisasi, si tempatnya udah rusak karena mereka kekurangan biaya untuk operasional, nah itu yang harus diintervensi sama pemerintah,” ujarnya.
Permasalah ketiga atau terakhir terkait lapangan pekerjaan. Adhitia mengatakan, saat ini jumlah pengangguran terbuka di Cimahi ini sekitar 35.000 orang.
Menurutnya, hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan. Namun juga kesesuaian antara lapangan pekerjaan yang dibutuhkan dengan skill yang dimiliki oleh masyarakat Cimahi itu belum berimbang.
“Jadi setelah saya dalami hasil belanja masalah saya, yang paling krusial adalah kesesuaian antara lapangan pekerjaan yang dibutuhkan dengan skill yang dimiliki oleh masyarakat Cimahi itu belum padan, belum linier,” jelasnya.
Oleh karena itu, pemerintah perlu menyesuaikan keahlian yang dimiliki oleh warga Cimahi yang belum bekerja atau siap kerja dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang ada di Cimahi.
Di samping itu, Adhitia memandang jika semangat berwirausaha warga Cimahi saat ini sudah tinggi.
“Buktinya di setiap gang itu banyak sekali warung, banyak sekali tukang seblak, atau ibu-ibu yang daripada menganggur mereka membuka warung seadanya, artinya semangat berwirausaha sudah tinggi di Cimahi ini,” katanya.
“Tinggal peran pemerintah adalah bagaimana mengakses modal. Karena tanpa modal atau tanpa tambahan modal, ya mereka akan stagnan dalam berwirausaha, dalam berdagang,” tambahnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini