“Bahwa karinding itu juga ternyata ya bukan hanya sekedar alat musik yang dari bambu saja, tapi ada juga nilai-nilai tertentu Kenapa dia dia bentuknya dari bambu dan ada waktu-waktu khusus yang dia ada dimainkan,” imbuhnya.
Selanjutnya, Elaine menuturkan dalam konser tersebut ada 13 komposisi yang dibawakan itu dibagi menjadi tiga babak.
“Ada tiga sesi yang pertama itu memang khusus untuk murangkalih jadi nanti akan lihat ada penampilan seperti anak-anak juga alat musiknya. Lalu nanti di sesi yang kedua dan yang ketiga itu membawakan komposisi karya-karya baru, jadi memang ciri khasnya orkestra itu adalah kita hanya membawakan komposisi dari komponis muda atau karya baru,” jelasnya.
Adapun karya atau komponis konser tersebut, Elaine mengatakan berasal dari mahasiswa, partikestra, dan Atap Foundation.
“Mahasiswanya beragam ada yang dari komunitas panchestra nya dari partikestra komponisnya, ada juga yang memang dari anak-anak yang sedang kerja Atap, karena kan ini kita kolaborasi dengan Atap Foundation,” ungkapnya.
Sementara itu, Rektor Unpar, Tri Basuki Joewono sangat mengapresiasi kolaborasi Konser Orkestra “DANGIANG KARINDING“.
“Uneco saja memberi apresiasi, kenapa kita tidak? Dan ini saya kira terima kasih kepada teman-teman dan ini kolaborasi yang menarik,” ungkapnya.
Menurutnya, melalui Program Studi Integrated Arts, Unpar memiliki cita-cita menghidupkan kemanuasiaan.
“Punya program studi Integrated Arts, Kami memang punya cita-cita bahwa divisinya Unpar harus menghidupkan yang namanya kemanusiaan, nah kemanusiaan itu adalah yang manusia yang lengkap dan salah satunya itu harus bisa berguna, untuk apa? untuk kehidupan,” bebernya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini