Lalu, PT Usaha Pembiayaan Reliance Indonesia (REFI), KSPPS Abdi Kerta Raharja, KSPPS BMT Bina Auladi Mandiri, KSPPS BMT Nusa Ummat Sejahtera, BMT Niaga Utama, Koperasi Simpan Pinjam Baitul Mandiri, KSPPS Benteng Mikro Indonesia, dan Koperasi Mitra Dhuafa.
“Tercatat ada total 2,21 juta debitur dengan penyaluran pembiayaan mencapai Rp8,35 triliun di Jawa Barat,” jelasnya.
Ismed mengatakan, dipilihnya 15 penyalur ini lantaran PIP harus berkerja sama dengan Lembaga Pengelola Keuangan (LPK) contohnya koperasi yang sekala ultra mikro.
“Memang persyaratan kita tidak asal demokrasi simpan pinjam, koperasi itu untuk bisa kerja sama ada kita kasih syarat, MPL sekian, pokoknya sekian, terus kalau masih belum bisa terpunuhi bagaimana? Itu yang akan kita kerja samakan dengan dinas pemprov setempat,” jelasnya.
“Misal dengan dinas di Jabar, saya minta supaya koperasi-koperasi yang tadi tidak bisa masuk karena belum memnuhi persyaratan, itu dibina dan didampingi supaya mereka bisa sampai memenuhi persyaratan dan kami juga akan fasilitasi,” tambahnya.
Ismed mengatakan, pembiayaan yang disalurkan kepada para pelaku usaha ultra mikro memiliki kualitas yang baik ditunjukkan dengan angka non performing loan (NPL) yang rendah.
“Karena pada prinsipnya, selain menyalurkan pembiayaan kami juga memberdayakan pelaku usaha ultra mikro melalui pelatihan, inkubasi, promosi dan pemberdayaan,” ujarnya.
Ismed menjelaskan, bahwa pemberdayaan pelaku usaha dilakukan antara lain melalui pelatihan yang diberikan mulai dari teknis usaha, pembukuan keuangan, branding produk, hingga pemasaran online.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini