Dalam kesempatan tersebut, Herman mengapresiasi keberhasilan negara-negara maju seperti Singapura yang mampu melompat jauh dalam waktu singkat berkat penerapan sistem merit yang konsisten. Ia mencontohkan kepemimpinan Lee Kuan Yew yang memimpin dengan hati, bukan hanya logika.
“Lee Kuan Yew tidak hanya memimpin dengan logika, tetapi juga dengan hati. Beliau bahkan menitikan air mata melihat kondisi negaranya, dan itu menjadi dorongan untuk bekerja di atas rata-rata. Kita perlu belajar dari itu,” tambahnya.
Selain itu, Herman mengungkapkan bahwa dinamika politik lima tahunan di Indonesia sering kali mengguncang stabilitas birokrasi.
Padahal, birokrasi seharusnya tetap berjalan stabil dan konsisten dalam memberikan pelayanan publik, terlepas dari pergantian kepemimpinan.
“The show must go on. Kita harus memastikan pelayanan publik tetap optimal meskipun terjadi perubahan politik,” kata Herman.
Herman juga mengajak para pejabat daerah untuk mengevaluasi sejauh mana kinerja mereka telah berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Ia menekankan bahwa para pejabat daerah yang paling memahami kondisi di wilayah masing-masing dan harus dapat mengukur sejauh mana birokrasi berkontribusi pada perubahan positif.
“Bapak/Ibu yang paling tahu kondisi di daerah masing-masing. Jika belum ada lompatan besar, pertanyaannya adalah, di mana birokrasi kita?” ujar Herman.
Herman menambahkan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat sedang melakukan reorientasi reformasi birokrasi dengan fokus pada peningkatan eksekusi kebijakan di tingkat kabupaten/kota.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini