“Saya pikir tantangannya, pemanfaatan iptek itu lebih tinggi lagi sekarang, apalagi dengan beberapa kasus belakangan ini. Bagaimana kita harus meningkatkan tantangan-tantangan ini menjadi peluang-peluang yang harus kita manfaatkan supaya pengelolaan pertanahan misalnya itu memberikan dampak positif,” paparnya.
Menurutnya, faktor keamanan memang menjadi tuntutan dalam proses transformasi tersebut. Tak hanya dari keandalan perangkat, tapi juga sistem pendukungnya mulai dari SDM hingga kebiasaan yang sekilas kecil tapi bisa berisiko tinggi.
“Banyak sekali yang sudah disiapkan tapi kalau kita bicara aman sekali atau tidak, kita selalu berusaha tiap hari untuk menjaga keamanan itu, bagaimana supaya sistem itu tidak bisa ditembus,” ujarnya.
“Dan juga dari sisi data juga kita sudah mengusahakan supaya data yang kita simpan secara digital itu adalah data-data yang saya bilang itu sudah ready to checkpoints,” imbuhnya.
Langkah itu termasuk dalam pengamanan data digital kementerian. Sekali pun sejauh ini aman termasuk dengan pendekatan teknologi tercanggih, pihaknya mesti melakukan antisipasi lebih dari memadai.
“Sebetulnya database yang kita simpan, kita punya, tapi kita harus jagain juga mengenai security-nya karena ini bukan hanya sekadar database tetapi juga di lingkungannya baik di luar maupun di dalam. Khusus di internal, saya khawatir dan ini sosialisasi terus dilakukan supaya tidak bocor seperti urusan penggunaan username dan password itu kadang bisa jadi lubang,” bebernya.
Karena itu, pihaknya tak segan untuk mengambil tindakan tegas terhadap SDM yang dipercaya dalam menjaga keamanan data tersebut. Tanpa langkah itu termasuk rangkaian sistem lainnya, pihaknya menyebut transformasi digital yang dilakukan sejak 2000 itu bisa berujung mejan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini