Reza meyakini, aplikasi SIPINDO ini cukup efektif dalam membantu produksi petani. Terbukti, sejak dikembangkan aplikasi ini cukup berdampak positif bagi petani di Indonesia. Salah satunya, membuat produksi pertanian meningkat pasca memanfaatkan aplikasi ini.
Selain produksi pertaniannya yang meningkat, para petani mengaku penggunaan pupuk menjadi lebih efisien dan pertumbuhan tanaman maksimal sejak mengikuti arahan yang tertera dalam aplikasi tersebut.
“Aplikasi yang dikembangkan oleh EWINDO ini sekaligus menjadi wujud semboyan kami yakni menjadi sahabat yang paling baik untuk petani,” ujarnya.
Tak hanya itu, SIPINDO ini juga menjadi panduan untuk melakukan praktik pertanian yang baik dan benar untuk menuju pertanian berkelanjutan. Dengan kata lain, aplikasi ini menjadi panduan digital bagi petani untuk mengembangkan budidayanya.
Saat ini, lanjut Reza, sudah ada 115 ribu pengguna SIPINDO. Dari jumlah tersebut, 22 ribunya merupakan user aktif di mana mayoritas adalah perempuan. “SIPINDO ini hanya bisa diunduh melalui handphone android melalui Playstrore,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, petani milenial asal Desa Margacinta, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Obur Bahtiar atau akrab disapa Obuy (34), mengatakan, dirinya terjun menjadi petani sekita 14 tahun yang lalu. Lima tahun pertama, Obuy merasakan pahit getir menjadi petani.
“Jatuh bangun saya rasakan menjadi petani di lima tahun pertama. Bukannya untung, saya malah menanggung kerugian,” ujar Obuy.
Obuy memilih menjadi petani cabai keriting di desanya. Awalnya, dia menerapkan pertanian konvensional bersama para petani lain yang usianya jauh di atas dia. Karena keterbatasan informasi dan teknologi, budidayanya tidak berkembang. Bahkan, membawanya ke jurang kebangkrutan.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini