Gus Yahya mengenang bahwa pernah ada model seperti kegiatan keagamaan yaitu shalat Tarawih, bisa menjadi bagian dari pengalaman yang lebih mendalam bagi siswa, seperti meminta tanda tangan imam sebagai bentuk ibadah yang lebih tekun.
“Tapi, apakah itu model yang bisa kita andalkan? Tergantung apa yang kita usulkan untuk anak-anak sekolah selama Ramadhan ini,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu), Aris Adi Leksono menilai, wacana libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadhan perlu dikaji lebih dalam terkait dampaknya.
Dia berpendapat bahwa sebaiknya pemerintah tidak meliburkan sekolah dalam arti tidak ada kegiatan sama sekali, melainkan fokus pada upaya mengoptimalkan pembelajaran selama Ramadhan.
Sehingga, narasi yang dikemukakan bukan soal libur, tetapi bagaimana memanfaatkan waktu tersebut secara produktif.
“Selama bulan Ramadhan, guru bisa memberikan tugas kepada orang tua untuk membimbing anak agar fokus ibadah spiritual, agar tidak masuk ke hal negatif dan bisa menguatkan mentalnya anak,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini