– X : Mengakui bahwa masa depan AI seperti variabel X yang terus berubah dan tidak sepenuhnya diketahui.
Dimitri menekankan pentingnya bersikap adaptif terhadap perubahan AI sembari tetap berfikir kritis, agar tren sesaat teknologi ini dapat dikonversi menjadi manfaat nyata bagi Indonesia.
Acara kuliah umum Filsafat Sains AI ini dihadiri lebih dari 300 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk mahiswa, akademisi, profesional dan masyarakat umum.
Tutun mengatakan, melalui acara ini, STEI ITB mengajak pemerintah, industri dan akademisi untuk membangun paradigma pengembangan AI untuk Indonesia yang progresif, memaksimalkan benefit, dan manfaat AI sembari meminimumkan risiko.
“AI tidak pernah terlepas dari sisi kemanusiaan. Penelitian dan pengembangan AI ke depan seharusnya mengintegrasikan dan mempertimbangkan aspek saintifik, pragmatis, sembari terus kritis dalam rangka mencapai narasi AI khas Indonesia yang perlu diformulasikan Bersama,” pungkasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini