“Demokrasi kita membatasi kepala daerah lima tahun, maksimal 10 tahun, jadi kalau ke Jabar lagi saya menyelesaikan yang belum selesai, karena ada dimensi pembangunan yang bisa selesai 5 tahun, ada juga dimensi pembangunan yang setengah matang kalau cuma 5 tahun. Jadi kalau di 10 tahun kan kelihatannya yang setengah matang bisa di beres,” bebernya.
Sementara itu, Kang Emil juga tak memungkiri hasil survei di Jakarta yang beda tipis dengan petahana Anies Baswedan, bahkan di beberapa survei mantan Gubernur Jabar itu menempati posisi pertama.
“Tapi fakta yang ada, di Jabar survei tinggi, di Jakarta juga mohon maaf saya survei ke satu beda tipis sama Mas Anies,” ungkapnya.
Kang Emil juga mengatakan terkait permasalahan-permasalahan di Jakarta pasca IKN yang nantinya akan ia selesaikan.
“DKI pasca IKN akan ada puluhan bangunan kosong, sebagian populasi pindah, kalau saya sebagai arsitek urban designer udah kebayang, cuman kan kalau diomongin kan materi kampanye,” katanya.
“Lalu bagi saya mempimpin itu sama aja, Jakarta sama Jabar sama-sama ngurusin semua lah dari a sampai z,” imbuhnya.
Sedangkan untuk pilihan menteri, Kang Emil mengaku jika ia diharuskan untuk memilih, maka ia akan memutuskan untuk menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Saya belum berpengalaman jadi menteri, jadi tahu diri lah, jadi kalau disuruh ya ngurusin yang saya paling paham, karena dunia saya arsitektur, perkotaan, ngurus IKN juga infrastruktur maka, kalau disuruh ya infrastruktur. Walaupun dalam politik kita belajar segala hal lah,” tandasnya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini