Lanjut, Cecep pun menegaskan bahwa suara dan akai dari Civitas Akademika kampus itu tidak ada niatan untuk bepolitik praktis, melainkan murni menyuarakan suara nurani kebangsaan.
“Memang tidak ada niat kampus untuk itu, dan tidak ada bukti juga, suara kampus adalah suara nurani kebangsaan. Kita kan ingin pemilu tanpa kecurangan, jujur dan adil, itu kan sesuai dengan undang-undang, jangan ada kecurangan, itu kan sebenarnya ingin mengangkat nilai Pancasila dan konstitusi,” tandasnya.
Sebelumnya, viral di media sosial mengenai pernyataan Prabu Revolusi yang mengkritik aksi para Civitas Akademika di akun TikTok pribadinya @prabu_revolusi.
“Sekarang ini kelihatannya lagi marak ada gerakan “mengatasnamakan” kampus untuk berbicara tentang permasalahan politik, ini perspektif saya, menurut saya sangat tidak elok ketika kampus dicampur adukkan dengan dengan kepentingan politik, apalagi tidak secara resmi mewakili kampus,” ujarnya.
Menurutnya, jika memang gerakan-gerakan ini mewakili kampus, maka perlu ada lembaga resmi dari kampus untuk bisa menyatakan bahwa ini merupakan sikap dari kampus.
“Jika tidak, maka ini bisa dikatakan sebagai sikap perorangan atau kumpulan perseorangan yang kebetulan memiliki afiliasi dengan kampus tersebut,” lanjutnya.
Prabu pun mengatakan bahwa sikap tersebut dinilai tidak fair karena ada beberapa Rektor dan Pimpinan Kampus yang menyanggah sikap tersebut mewakili kampus.
“Rasanya tidak fair jika membawa-bawa nama kampus seakan-akan mewakili sikap resmi dari kampus tersebut, apalagi Rektor atau Pimpinan dari kampus tersebut banyak yang memberikan sanggahan bahwa entah itu petisi atau pernyataan dianggap mewakili kampus,” bebernya.
Dapatkan berita menarik lainnya dari Bukamata.id di Google News, Klik di Sini