bukamata.id – Ketimpangan antara jumlah pencari kerja dan kesempatan kerja di Kota Bandung kembali terlihat jelas dalam Pameran Bursa Kerja (Job Fair) 2025 yang digelar Pemkot Bandung, Selasa (17/6/2025), di Graha Manggala Siliwangi.
Dalam acara pembukaan, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengungkapkan bahwa sebanyak 2.400 lowongan kerja dibuka, namun hingga hari pertama, sudah ada lebih dari 3.000 pencari kerja yang mendaftar.
“Ini menandakan bahwa jumlah lowongan masih lebih sedikit daripada pencari kerja. Ini tantangan bagi Pemkot untuk menyediakan 15.000 lapangan pekerjaan hingga akhir 2025,” tegas Farhan.
Pernyataan tersebut memperkuat fakta bahwa ketimpangan pengangguran dan lowongan kerja di Kota Bandung masih menjadi isu serius. Farhan juga menyampaikan bahwa lebih dari 70% perekonomian kota disokong oleh sektor dunia usaha, bukan dari APBD, sehingga menciptakan iklim investasi yang sehat menjadi fokus utama pemerintah.
“Jangan bergantung kepada orang lain. Inisiatif ini patut diapresiasi. Ini adalah strategi besar dalam memperkuat sub-ekosistem ketenagakerjaan sebagai bagian dari ekosistem besar dunia usaha,” katanya.
Hybrid Job Fair: Menjangkau Lebih Banyak, Menghindari Kericuhan
Untuk menjawab antusiasme tinggi dari pencari kerja, Job Fair kali ini digelar secara hybrid, memadukan sistem online dan offline guna mengurangi potensi kericuhan sekaligus memperluas jangkauan bagi mereka yang tidak dapat hadir secara fisik.
Di samping itu, Farhan juga menekankan pentingnya dukungan terhadap kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.
“Permasalahannya bukan ketersediaan lowongan, tapi keberlanjutan. Kita akan pantau bagaimana lingkungan kerja mendukung disabilitas agar bisa bertahan dan berkembang,” jelasnya.
40% Pengangguran Didominasi Lulusan SMA/SMK
Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandung, Andri Darusman, memaparkan bahwa tingginya angka pengangguran di Bandung salah satunya disumbang oleh lulusan SMA dan SMK yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Tahun ini sudah 15 kali kami mengadakan job fair lewat BKK. Khusus yang sekarang, targetnya adalah lulusan SMA/SMK yang tidak melanjutkan kuliah, karena mereka menyumbang 40% dari angka pengangguran,” ujarnya.
Andri juga menambahkan bahwa Job Fair yang diselenggarakan Pemkot berlangsung dua kali dalam setahun, dengan dukungan Bursa Kerja Khusus (BKK) di sekolah kejuruan dan kampus.
Harapan dari Pencari Kerja Disabilitas: “Kami Ingin Punya Peluang yang Sama”
Salah satu peserta Job Fair, Anastasia Natania F, seorang tunarungu berusia 21 tahun, datang bersama temannya sesama alumni SLB Negeri Sukapura. Ia mengaku telah berjuang mencari kerja sejak lulus tahun 2022.
“Saya asli Bandung. Ke sini sama teman, alumni SLB Negeri Sukapura. Saya sudah menunggu dan mencari kerja hampir satu tahun,” tuturnya.
“Saya pernah melamar kerja di beberapa kedai kopi, sudah hampir 30 kali, semua di sekitar Bandung. Tapi belum ada yang menerima. Mungkin memang belum rezeki. Saya sudah mulai sejak dua tahun lalu dan sampai sekarang masih berusaha,” lanjutnya.
Meski menghadapi berbagai kendala, Anastasia tidak menyerah dan tetap optimis. Ia berharap acara seperti Job Fair bisa menjadi titik terang bagi para penyandang disabilitas di Bandung.
“Iya, prosesnya panjang. Tapi saya tetap berusaha dan tidak menyerah. Terus mencoba, siapa tahu nanti ketemu rezekinya,” katanya.
“Saya berharap acara seperti ini bisa membuka lebih banyak peluang kerja buat teman-teman disabilitas. Supaya kami juga bisa ikut berjuang dan punya kesempatan di dunia kerja.”
Ia juga menyampaikan harapannya secara langsung kepada pemerintah kota.
“Saya ingin menyampaikan harapan kepada Pak Wali Kota, Pak Dedi. Semoga beliau bisa membantu teman-teman disabilitas tunarungu untuk mendapatkan pekerjaan. Siapa tahu ada jalan dan bantuan dari beliau agar kami bisa diterima kerja yang baik,” pungkasnya.
Job Fair Berikutnya Digelar November 2025
Dengan segala tantangan dan ketimpangan yang masih membayangi, Pemerintah Kota Bandung berkomitmen melanjutkan program ini. Job Fair berikutnya dijadwalkan berlangsung pada November 2025, dengan harapan mampu menekan angka pengangguran yang masih tinggi, terutama dari kalangan lulusan SMA/SMK dan kelompok disabilitas.